tirto.id - Perancis harus langsung menggebrak Islandia sejak awal pertandingan perempatfinal Piala Eropa mereka Senin dini hari WIB nanti. Kalau tidak begitu, impian mereka menciptakan kejayaan di tanah sendiri akan habis disapu debu vulkanik Islandia.
Tuan rumah yang kerap mengandalkan tekanan pada akhir-akhir pertandingan di mana semua dari enam gol mereka terdahulu tercipta pada babak kedua, mesti bangun lebih awal untuk menghindari menjadi mangsa berikutnya dari negeri mini dengan hati setara satu benua ini.
Menyandang predikat negara terkecil yang tampil pada sebuah turnamen besar, Islandia mencapai babak delapan besar lewat kemenangan mengejutkan 2-1 atas Inggris. Mereka kini bermimpi dongeng ini tak segera berakhir, persis seperti klub liliput Inggris Leicester City yang mengguncang dunia setelah menjuarai Liga Utama Inggris musim lalu.
"Saya kira saya ingin berakhir seperti akhir dari Leicester City," kata salah satu dari dua pelatih Islandia, Heimir Hallgrimsson, kepada wartawan. "Mereka akan bermain dengan kekuatan mereka dan kami juga akan berusaha memainkan kekuatan kami. Ada semangat tim yang sama pada kedua tim. Kami akan bahu membahu bekerja sama."
Islandia, negeri berpenduduk 330.000 yang dikenal dengan "koleksi" gunung berapinya, juga bisa memetik inspirasi dari Denmark dan Yunani. Kedua negara itu mengandalkan pendekatan defensif yang mirip dengan Islandia sehingga yang dari semula bukan siapa-siapa menjadi juara Eropa, masing-masing pada 1992 dan 2004.
Mengambil pengalaman Inggris yang tampak menemui jalan buntu setelah sempat unggul pada 20 menit pertama pertandingan untuk kemudian balik diungguli Islandia 2-1, Prancis tahu pasti apa yang tidak boleh mereka lakukan.
"Menit-menit awal kami sangat buruk, kami harus meningkatkan bagian itu karena kami tidak selamanya akan bisa lolos dengan cara seperti itu," kata striker Antoine Griezmann yang mencetak dua gol untuk membawa Prancis menang 2-1 melawan Irlandia pada 16 Besar.
Tak cuma keras
Tak gentar untuk kontak fisik dan ketat di belakang, Islandia tidak boleh dianggap hanya sebagai tim kecil nan kasar yang berketerampilan minimal, kata bek Perancis Patrice Evra.
Menurut dia, Islandia bukan tim yang hanya mengandalkan umpan-umpan jauh, karena Islandia adalah "tim bagus yang bisa memainkan sepak bola yang bagus."
Pelatih Perancis Didier Deschamps yang hobi bongkar pasang pemain sejak awal turnamen ini kembali dipaksa mengotak-atik lagi susunan timnya setelah bek tengah Adil Rami dan gelandang N'Golo Kante absen karena terkena akumulasi kartu.
Pemain baru Barcelona Samuel Umtiti mesti masuk mengisi posisi Rami, sedangkan gelandang berpengalaman Yohan Cabaye mengambil alih peran krusial Kante di depan pertahanan.
Islandia kemungkinan setia pada sistem baku mereka 4-4-2 di mana gelandang berjenggot dan bertato Aron Gunnarsson tengah mencapai kesempurnaannya dalam bermain. Dia saat ini bermain untuk klub divisi dua Inggris, Cardiff City.
Di depan gawang akan berdiri Hannes Halldorsson, bekas sutradara film yang membuat video untuk kontes lagu 2012 di Islandia dan menjadi pemain yang sepenuhnya profesional pada 2014.
Perancis yang memiliki deretan bakat yang jauh lebih mahal akan diuji di lapangan Stade de France dengan setidaknya mengandalkan keuntungan tampil di negeri sendiri demi menciptakan pertarungan klasik melawan Jerman guna memperebutkan satu tempat ke final.
"Kami sama sekali tidak meremehkan Islandia namun kami memiliki tim terbaik di Eropa, kami adalah salah satu favorit dan kami di negeri sendiri," kata bek kanan Bacary Sagna.
KAPAN DAN DIMANA KICKOFF LAGA PERANCIS VS ISLANDIA?
Pertandingan ini dimulai pukul 20.000 pada Minggu 3 Juli waktu setempat atau Senin 4 Juli pukul 02.00 WIB di Stade de France di Saint-Denis.
BAGAIMANA MEREKA LOLOS KE PEREMPATFINAL?
Perancis agak sedikit beruntung lolos dengan menyandang status juara Grup A berkat gol-gol menit terakhir pada dua pertandingan pertama mereka dan kemudian ditahan seri 0-0 oleh Swiss. Lalu, pada 16 Besar, mereka kepayahan menghadapi Irlandia sampai Antoine Griezmann membawa mereka unggul setelah memetik keuntungan dari masa istirahat tiga lebih pendek tim lawan. Pertanyaan besar terbersit sampai mana tim ini akan melangkah.
Sebaliknya dengan Islandia, negara ini telah sampai pada tempat yang jauh lebih maju dari harapan mereka sendiri. Mereka dengan cemerlang memainkan sepak bola pragmatis untuk menjadi runner-up Grup F, dan kemenangan mereka atas Inggris menandakan kehebatan kekuatan kolektif melawan kelompok pemain kurang gairah.
SIAPA YANG DIHADAPI PEMENANG LAGA INI PADA SEMIFINAL?
Jerman yang mengalahkan Italia lewat adu penalti sudah menanti pemenang laga ini pada Semifinal Kamis 7 Juli pekan depan.
KABAR TIM
Kante dan Adil Rami terkena akumulasi kartu sehingga tidak bisa bermain pada pertandingan ini, sedangkan pemain muda Kingsley Coman diragukan tampil.
Penyerang muda Perancis itu menjadi pemain pengganti saat melawan Republik Irlandia setelah baru sembuh dari cedera dan dia kemungkinan diturunkan saat melawan Islandia nanti.
Bek Perancis Patrice Evra yakin Inggris meremehkan Islandia sehingga kalah, dan oleh karena itu dia meminta rekan-rekannya untuk menganggap serius Islandia.
Sementara itu, Islandia menuju Paris dengan bebas cedera setelah kapten dan spesialis lemparan ke dalam jarak jauh Aron Gunnarsson telah kembali berlatih Jumat lalu.
Gelandang Cardiff City yang dua lemparan ke dalamnya telah diiringi dengan dua gol untuk Islandia termasuk saat menang melawan Inggris, sempat absen berlatih Kamis karena masalah punggung.
PERKIRAAN SUSUNAN PEMAIN
Perancis: Lloris; Sagna, Koscielny, Umtiti, Evra; Pogba, Cabaye, Matuidi; Griezmann, Giroud, Payet.
Absen: Kante, Rami (akumulasi kartu kuning)
Terancam akumulasi kartu: Giroud, Koscielny
Islandia: Halldorsson; Saevarsson, Arnason, Sigurdsson, Skulason; Gudmundsson, Gunnarsson, G. Sigurdsson, B. Bjarnason; Bodvarsson, Sigthorsson.
Terancam akumulasi kartu: Arnason, B. Bjarnason, Gudmundsson, Gunnarsson, Halldorsson, Saevarsson, Sigthorsson, G. Sigurdsson, Skulason
STATISTIK
Islandia tidak pernah mengalahkan Perancis pada 11 pertemuan mereka (3 seri, 8 kalah). Pertemuan terakhir mereka terjadi pada Mei 2012 ketika Perancis menang 3-2 setelah tertinggi 0-2.
Pada dua pertemuan terakhir kedua negara tercipta 10 gol, keduanya berakhir dengan skor 3-2 untuk Perancis.
Antoine Griezmann mencetak dua gol saat melawan Republik Irlandia yang mengantarkan Perancis ke perempatfinal.
Perancis tak terkalahkan pada 16 pertandingan turnamen besar di kandang sendiri, menang 14 kali dan dua kali seri. Kekalahan terakhir mereka di kandang terjadi pada Juli 1960 pada Piala Eropa melawan Cekoslowakia (0-2).
Dua gol yang membobol Perancis pada Euro 2016 berasal dari tendangan penalti (melawan Rumania dan Republik Irlandia).
Perancis adalah tim yang paling sedikit menjadi sasaran tendangan on target tim lawan di bandingkan peserta manapun pada Piala Eropa tahun ini(3 dari 4 pertandingan).
Perancis melepaskan 44 tendangan yang lebih banyak ketimbang Islandia pada Euro 2016 namun kedua tim sama-sama menciptakan jumlah gol yang sama (6).
Salah satu pelatih Islandia Heimir Hallgrimsson mengaku Islandia terinspirasi sukses Leicester City menjuarai Liga Utama Inggris.
Islandia yang untuk pertama kali ambil bagian pada sebuah turnamen besar masih tak terkalahkan dalam Euro 2016, seri pada dua laga pertamanya dan menang pada dua laga berikutnya. Faktanya pula mereka hanya kalah satu kali pada 10 pertandingan kompetitif (5 menang, 4 seri).
Islandia adalah salah satu dari dua tim selain Wales yang selalu menciptakan gol pada semua laga Euro 2016 mereka.
Enam gol Islandia pada Euro 2016 diciptakan oleh enam pemain berbeda (Birkir Bjarnason, Gylfi Sigurdsson, Jon Daoi Bodvarsson, Arnor Ingvi Traustason, Ragnar Sigurdsson, dan Kolbeinn Sigthorsson).
Islandia mengawali pertandingan dengan line-up sama pada semua dari empat pertandingan mereka pada Euro 2016.
Antoine Griezmann mencetak tiga dari empat gol terakhir Perancis. Namun dia tidak pernah menciptakan gol untuk tim nasional Prancis di Stade de France (603 menit).
Griezmann juga pemain Prancis pertama yang mencetak tiga gol pada Piala Eropa setelah Zinedine Zidane pada 2004.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari