tirto.id - Negara-negara di Eropa kini tengah terancam krisis energi akibat Rusia yang telah mengkonfirmasi rencananya untuk mengurangi pasokan gas bahkan akan menghentikan ekspor batu bara pada Agustus 2022. Hal itu membawa dampak positif bagi komoditas batu bara di tanah air, hingga saat ini ada empat negara yang berminat membeli batu bara Indonesia yaitu Jerman, Spanyol, Italia, dan Belanda.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menilai kondisi itu merupakan kesempatan. Pemerintah Indonesia perlu mengoptimalkan potensi penjualan batu bara ke kawasan Eropa barat.
"Dengan adanya permintaan dari sisi bisnis ini juga prospek yang besar bagi pengusaha Indonesia juga untuk meningkatkan devisa negara. Itu saya kira sah sah saja. Hanya yang perlu diingat pengusaha batu bara itu, memiliki kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) ya, 20 persen untuk PLN atau untuk pasar dalam negeri. Selama DMO tadi dipenuhi ya, sisanya agar supaya bisa diekspor itu gak masalah," katanya kepada Tirto, Kamis (30/6/2022).
Dia menilai ini akan jadi ladang untuk meningkatkan pendapatan negara. Saat keuangan dan kas saat ini tengah seret imbas relaksasi dan subsidi pasca pandemi.
"Kondisi ini sebenarnya ini besar sekali ini bagi negara juga ini akan menimbulkan windfall ya. Pendapatan yang tidak terduga duga, meskipun kita memberikan kontribusi terhadap pencemaran lingkungan ya tapi Eropa saja yang selama ini sangat ketat dia kembali menggunakan batu bara yang benar-benar energi kotor ya saya kira Indonesia enggak bisa disalahkan juga," katanya.
Ia memberikan catatan, saat ini komoditas batu-bara Indonesia tengah banyak diminati. Pengusaha perlu menjual komoditas dengan harga dunia saat ini.
"Nah di pasar internasional kan itu terbentuk harga keekonomian ya, sekarang 300 dolar/metric ton ya, artinya Indonesia mengikuti harga pasar. Harganya harus dilihat jual saat lagi tinggi. Kalau ada kesempatan untuk memberikan return yang tinggi ya dia ambil bahkan tapi jangan melanggar aturan, DMO,” tandas dia.
Untuk diketahui sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM, Irwandy Arif mengakui sudah ada beberapa negara yang menyatakan minat untuk membeli batu bara Indonesia imbas dari kebijakan Rusia tersebut. Ada empat negara yang berminat seperti Jerman, Spanyol, Italia, Belanda.
“Ya penjajakan lah masih awal, masih awal Rusia kan stop Agustus tahun ini kan. Jadi yang masih penjajakan itu Jerman, Spanyol, Italia, Belanda,” jelas dia, di Kementerian ESDM Jumat (24/6/2022).
Irwandy menjelaskan, meskipun sudah ada beberapa negara yang melakukan pendekatan dan menyatakan minat untuk membeli batu bara Indonesia. Pemerintah Indonesia belum berencana untuk menambah target produksi di tahun ini.
"Tambahannya itu ya saya kira sudah dari awal banyak. Jadi kita juga belum tentu bisa menaikan produksi tiba-tiba kan gak bisa, hingga Mei 2022 ini kan produksinya baru 41 persen," ujar dia.
Selain belum menyelesaikan target tahunan, peningkatan produksi batu bara juga terkendala alat yang terbatas. Mengutip data Mineral Data One Indonesia (MODI) produksi batu bara Indonesia sampai pada 27 Juni 2022 ini sudah mencapai 292,77 juta ton atau 44,16% dari target produksi tahun 2022 ini yang mencapai 663 juta ton.
"Ada kendala di alat, cuaca iya pengaruh kemarin banyak yang gak bisa naik [ke angkut]. Untuk beberapa negara lain Swiss belum tau. Indian pasti ya, India kan pelanggan konvensional kita nomor 1. Dia meningkatkan permintaan. Kalau India itu perlu untuk dalam negerinya. India itu kan sebenarnya paling tinggi ambil dari kita ya, nomor 2 Cina nomor 1 nya India," papar dia.
Irwandy menjelaskan, permintaan batu bara untuk eropa juga ada kualifikasi khusus. Beberapa negara tersebut hanya ingin menerima batu bara RI yang memiliki kualitas di atas 5.000 kcal/kg.
"Eropa itu mintanya di atas 5.000 kcal/kg. Belum tau kalau kontrak yang ada sudah penuh bagaimana, kecuali dia tambah produksi berapa kita harus diketahui. Tapi sampai sekarang kita belum tau kita jumlah persisnya," pungkasnya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Intan Umbari Prihatin