tirto.id - Epidemiolog asal Indonesia di Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan berdasarkan hasil pemodelan, Indonesia diprediksi akan mengalami gelombang ketiga COVID-19. Namun diperkirakan gelombang penularan virus Corona semakin mengecil dibandingkan sebelumnya.
"Bicara potensi gelombang ketiga saat ini dalam analisis terakhir semakin mengecil dan mundur di Desember [2021]," kata Dicky saat dihubungi pada Senin (20/9/2021).
Berdasarkan perhitungan sebelumnya, gelombang COVID-19 yang cukup tinggi diprediksi terjadi pada Oktober 2021. Akan tetapi, dari hasil pemodelan yang terus berkembang secara dinamis, gelombang ketiga diprediksi pada Desember dan makin mengecil.
Estimasi gelombang yang mundur dan makin mengecil ini kata Dicky karena keberhasilan intervensi. "Berarti ini ada intervensi yang efektif. Entah itu PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) atau vaksinasi."
Dicky menyebut PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat efektif menekan laju COVID-19 sehingga mesti dipertahankan. Tidak harus level 4 secara ketat, tetapi dapat diterapkan PPKM level 1 atau 2.
"Sehingga kegiatan masyarakat tidak banyak terganggu, tapi juga tidak memperburuk situasi pandemi," kata dia.
Selain itu, konsistensi melakukan testing, tracing, dan treatment (3T) juga harus ditingkatkan. Dicky menilai 3T selama ini belum konsisten dan merata di seluruh daerah.
Di kawasan Asia Tenggara angka positivity rate Indonesia memang sudah menurun, tetapi menurutnya fakta bahwa fatality rate atau tingkat kematian tinggi tak bisa dipungkiri. Dicky mengatakan tingginya kematian adalah bukti adanya kegagalan intervensi di hulu.
Di sisi lain, lanjut dia, definisi kematian akibat COVID-19 di Indonesia juga masih sempit hanya berbasis tes PCR dan yang dinyatakan probabel tak tercatat dalam kematian COVID-19. Ditambah lagi sistem pelaporan COVID-19 masih rendah.
"Ini yang membuat kita sangat rawan untuk mengalami gelombang ketiga dan ini sulit dicegah gelombang ketiga. Tapi bahwa kita bisa mencegah gelombang ketiga itu tidak sebesar gelombang kedua itu bisa," kata dia.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Gilang Ramadhan