tirto.id - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman meminta Pemerintah Indonesia memperkuat surveilans, deteksi dini, serta strategi komunikasi risiko guna mencegah penularan cacar monyet (monkeypox/clade). Hal itu terutama bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) dari negara-negara endemik cacar monyet.
“Orang-orang yang baru bepergian dari Afrika [ke Indonesia], khususnya Afrika Tengah, Afrika Barat, Kongo misalnya, ini harus ada lebih kehati-hatian, harus ada skrining yang berlebih karena itu kan endemik di sana,” ucap Dicky saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (5/9/2022).
Hal itu disampaikan Dicky merespons temuan varian baru cacar monyet di Inggris. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), Kamis (1/9/2022), mendeteksi varian baru cacar monyet pada seseorang yang baru bepergian ke Afrika Barat.
Dicky menjelaskan varian baru clade di Inggris masih merupakan varian Afrika Barat (Clade IIb), di mana Clade IIb mendominasi di luar Afrika Barat. Namun, dalam pengujian genom (genomic testing) menunjukkan bahwa varian baru di Inggris merupakan subspesies yang baru.
“Artinya kalau bicara potensi keparahannya tentu masih harus kita tunggu, namun setidaknya sama lah dengan IIb. Dan kita harus ingat yang lebih berbahaya tuh sebetulnya clade yang pertama kan (Varian Afrika Tengah),” katanya.
Dilansir dari The Guardian pada Jumat (2/9/2022), UKHSA melaporkan pasien yang terinfeksi varian baru cacar monyet dirawat di unit penyakit infeksi konsekuensi tinggi di Rumah Sakit Universitas Royal, Merseyside, Liverpool, Inggris.
“Sekuensing genomik awal yang dilakukan oleh UKHSA menunjukkan bahwa kasus ini tidak memiliki strain wabah yang saat ini beredar di Inggris,” kata Direktur Insiden UKHSA Sophia Maki.
Kasus ini muncul saat kasus clade yang dikonfirmasi di Inggris mencapai 3.413 per 30 Agustus 2022.
“Kami mengingatkan semua orang yang berencana melakukan perjalanan ke Afrika Barat dan Afrika Tengah untuk waspada terhadap gejala cacar monyet dan menelepon 111 jika Anda memiliki gejala saat kembali,” imbuh Sophia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan