tirto.id - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan bahwa peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia diakibatkan oleh subvarian Omicron XBB dan BQ.1 serta mobilitas masyarakat yang tidak didukung oleh protokol kesehatan (prokes) yang memadai dan kuat.
Hal ini menanggapi pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin terkait prediksi puncak kasus COVID-19 bakal terjadi pada Desember 2022 di Tanah Air.
“Sangat jelas ya bahwa potensi peningkatan kasus itu mengikuti atau diakibatkan bukan hanya oleh keberadaan subvarian atau varian yang begitu efektif dalam menular, apalagi saat ini dengan XBB dan BQ.1, tapi juga tentunya dipengaruhi oleh pergerakan atau mobilitas dari manusia yang tentu tidak didukung dengan intervensi ataupun protokol kesehatan yang memadai, yang kuat,” kata Dicky dalam keterangan video yang diterima Tirto pada Senin, (28/11/2022).
Menurut dia, hal-hal tersebut akan menyebabkan peningkatan kasus dan pemerintah harus mengantisipasinya. Antara lain menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) namun tidak harus PPKM level 3 atau bahkan level 4, tetapi terdapat prokes dengan orang-orang dalam mobilitas setidaknya telah mendapat tiga dosis vaksin COVID-19.
“Itu yang harus dilakukan, untuk mencegah peningkatan kasus di Nataru (Libur Natal dan Tahun Baru),” ucap Dicky.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa gelombang COVID-19 sekarang terjadi disebabkan oleh beragam varian atau subvarian. Di mana keberadaan subvarian ini hampir setara kemampuannya dalam menginfeksi, mereinfeksi, dan koinfeksi.
“Jadi, ini sangat serius. Dan pada tahap ini, pada fase atau gelombang ini, angka kematian cenderung meningkat terutama pada usia di atas 65 tahun,” tutur Dicky.
Dia pun menegaskan bahwa angka kematian pada lanjut usia (lansia) itu bukan disebabkan oleh vaksin COVID-19 yang tidak efektif, namun ada masalah dari kelompok tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya melindungi lansia dan kelompok rawan lainnya seperti penerapan prokes, cakupan vaksinasi booster (dosis penguat) harus segera dikejar pada kelompok-kelompok masyarakat terutama yang sudah mendapatkan dosis vaksin sebelumnya sejak 4-5 bulan lalu.
“Ini yang akan membantu melindungi kelompok seperti lansia ini,” kata Dicky.
Sebelumnya, Menkes Budi memprediksi puncak kasus COVID-19 di Indonesia terjadi pada Desember 2022. Dia melihat kenaikan kasus dari hari ke hari, bahkan sempat menyentuh 8.000 kasus per hari.
“Peak-nya (puncak) sudah hampir tercapai. Perkiraan saya Desember ini harusnya sudah akan tercapai,” kata Budi saat ditemui di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2022).
Dia memperkirakan puncak kasus COVID-19 pada Desember 2022 tidak setinggi saat gelombang subvarian Omicron BA.1 dan BA.2 mendominasi di Indonesia. Akan tetapi, puncak kasusnya akan melebihi puncak kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
“Kalau di negara lain kan lebih tinggi dari BA.4 dan BA.5. Sekarang kita juga sudah lebih tinggi kan, sudah 8 ribuan [per hari],” ujar Budi.
Menurut dia, puncak gelombang COVID-19 kali ini akan mencapai 20 ribu kasus per hari atau bisa lebih rendah.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri