Menuju konten utama

Menapaki Jejak Enumerator, Aktor Kunci dalam Dunia Data

Enumerator adalah mereka yang berjuang mengumpulkan informasi di lapangan.

Menapaki Jejak Enumerator, Aktor Kunci dalam Dunia Data
Header SIDE JOB enumerator. tirto.id/Fuad

tirto.id - “Jika pemilihan umum (pemilu) presiden diadakan hari ini, siapakah yang akan Ibu/Bapak pilih dari tiga nama calon pasangan?”

Selentingan pertanyaan itu mungkin tidak asing bagi kita akhir-akhir ini. Pertanyaan itu datang dari berbagai lembaga survei di Tanah Air. Sifatnya bisa melalui saluran telepon, maupun tatap muka. Tujuan mereka adalah mengumpulkan dan mengolah informasi dari responden.

Tapi saya tidak ingin membahas lebih dalam mengenai hasil survei tersebut. Saya lebih tertarik bagaimana melihat orang-orang yang terlibat dan bekerja di lapangan untuk menggali informasi tersebut. Musababnya, ini bisa menjadi potensi pekerjaan sampingan yang dapat dilakukan oleh semua orang.

Secara umum orang-orang terlibat dalam survei atau pengumpulan data, biasa disebut enumerator. Enumerator adalah orang yang mengumpulkan data dan informasi statistik yang diperlukan dari responden, dan mengolahnya lebih lanjut untuk analisa statistik.

Sederhananya, seorang enumerator datang ke daerah atau lokasi yang sudah ditentukan lembaga survei. Selanjutnya mengumpulkan infomasi secara langsung dengan wawancara atau angket. Setelah terkumpul, data tersebut kemudian disetorkan kembali ke lembaga survei.

Di Indonesia sendiri, jenis pekerjaan ini cakupannya begitu luas. Tidak melulu bicara survei politik yang belakangan sedang ramai, seperti elektabilitas capres, hasil pemilu dan lainnya. Beberapa perusahaan seperti lembaga riset pasar juga membutuhkan data-data di lapangan untuk kebutuhan analisa tren konsumen atau industri.

Kisah Vendor

Salah satu vendor yang bermarkas di Surabaya, Agus Sutrisno, mengaku hamper selalu kebanjiran order dari beberapa perusahaan asal Jakarta untuk proyek penelitian dan survei pasar.

Untuk mengerjakan proyek, ia membutuhkan keterlibatan orang yang bersedia bekerja untuk terjun ke lapangan. Namun, perlu dicatat pekerjaan ini sifatnya tidak terikat.

“Saya cuma vendor saja. Saya punya tim yang mengerjakan di lapangan,” ujar Agus saat dihubungi Tirto.

Agus menuturkan, ruang lingkup pekerjaan ini umumnya akan bergantung pada metodologi survei, karakteristik dan jumlah responden yang diminta perusahaan. Bagian ini mencakup ukuran sampel, indikator proses yang akan diukur, dan ketersediaan data yang relevan.

Elemen yang dimasukkan tentu berbeda-beda pada setiap proyek. Tergantung pada intervensi, proses pengumpulan data, dan kegiatan survei yang disepakati.

Ilustrasi enumerator

Ilustrasi enumerator. FOTO/iStockphoto

“Kita ada beberapa metodelogi ada istilah sampelbooster dan random. Kalau random (acak) biasanya sudah ditunjuk dan ditentukan oleh perusahaan dari Jakarta,” ujar dia.

Istilah sampel dalam hal ini berkaitan dengan responden. Apakah responden dipilih secara acak (random) atau subkelompok dengan karakteristik khusus (booster).

Di tempat Agus, hampir setiap harinya selalu saja ada proyek survei yang dijalankan. Dalam pengerjaannya seringkali ia membutuhkan tambahan tenaga di luar tim kecilnya. Bahkan terkadang, ia juga merekrut orang-orang baru untuk bergabung dan terlibat dalam pencarian data.

Secara dasar, memang tidak ada kriteria khusus bagi orang yang ingin terlibat dalam pekerjaan enumerator. Akan tetapi paling tidak, ia harus menguasai kuisioner.

“Jadi teman-teman misal ada baru. Kita ikutkan briefing biasanya online. Setelah itu kita kasih target cari ini dengan kriteria tertentu,” imbuh dia.

Besaran Penghasilan

Secara potensi, permintaan atas profesi cukup baik dan ada kecenderungan meningkat. Selain itu, gaji yang ditawarkan juga cukup besar. Sebagai informasi, gaji rata-rata seorang enumerator profesional di Amerika Serikat (AS) setara level eksekutif di Indonesia.

Berdasarkan reportase Indeed, enumerator rata-rata diberi upah 15 dolar AS per jam atau setara Rp232.000. Jadi dalam sebulan bisa mengantongi pendapatan hingga Rp40 jutaan (asumsi kurs Rp15.500/dolar AS). Umumnya enumerator dipekerjakan oleh institusi pemerintahan, seperti badan statistik, departemen pertanian, atau departemen perdagangan.

Lebih lanjut, enumerator tingkat senior akan mendapatkan bayaran yang lebih mahal. Pengalaman lama dalam profesi ini memungkinkan seseorang dapat lebih cepat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh kliennya. Terlebih lagi, jika pandai dalam berbahasa asing.

Sama halnya dengan AS, lowongan kerja sebagai enumerator di Indonesia umumnya juga ditawarkan oleh instansi pemerintah. Namun, secara komposisi, pekerja lepas lebih dominan.

Alhasil, upah yang diberikan tidak berdasarkan dengan waktu yang dihabiskan, tetapi dari berapa banyak proyek yang diambil.

Enumerator di Ibu Pertiwi, mayoritas mendapat bayaran berdasakan jumlah responden atau angket. Tingkat responden atau angket ini memiliki nilai yang berbeda, tergantung dari seberapa sulit mengumpulkan informasi yang diminta perusahaan.

Angket dengan jumlah pertanyaan yang banyak dan kompleks, serta karakteristik responden dengan latar belakan tertentu memiliki harga yang lebih tinggi.

Harga termurah untuk satu responden, di tempat Agus misalnya, dihargai berkisar Rp40.000 sampai Rp50.000. Sementara untuk tingkat kesulitan responden yang tinggi di atas Rp100 ribu, bahkan bisa sampai jutaan.

“Kalau misalnya kita business to business ke perusahaan otomatis fee lebih mahal seperti ke dokter, apotek, rumah sakit, itu lebih mahal daripada yang lain,”ujar Agus.

Analisa, Komunikasi dan Navigasi

Meski kelihatannya menggiurkan dan mudah, pekerjaan ini sebenarnya membutuhkan kekuatan fisik dan mental. Tri Susi, salah satu orang yang menggeluti pekerjaan ini sejak zaman kuliah membagikan pengalamannya kepada Tirto.

Pengambilan data di lapangan, kata Susi, sering kali membutuhkan keluwesan untuk menghadapi perubahan atau tantangan yang muncul tiba-tiba. Umumnya hal ini berkaitan dengan interaksi kepada responden yang memiliki latar belakang khusus.

Dalam hal ini, dituntut untuk pandai menempatkan dan membawakan diri agar mereka bisa menerima dan terbuka. “Kita kan hadapi orang bukan benda mati. Jadi namanya manusia berbagai macam watak,” ucap dia saat dihubungi Tirto.

Untuk bisa terjun ke pekerjaan ini, setidaknya ada beberapa kemampuan dasar yang wajib dimiliki oleh enumerator.

Pertama soal keahlian menganalisa. Modal ini menjadi faktor penting yang berperan dalam menentukan kualitas hasil riset. Apalagi, enumerator bakal berhadapan dengan banyak data mengharuskan analisa mendalam untuk menemukan inti permasalahan.

Ilustrasi enumerator

Ilustrasi enumerator. FOTO/iStockphoto

Kedua kemampuan bersosialisasi dan komunikasi. Menurut Tri Susi, keahlian komunikasi adalah modal penting, terutama agar dapat melakukan wawancara dengan narasumber secara nyaman. Jika narasumber nyaman, maka akan lebih mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

“Ini perlu untuk percepat menyesuaikan diri dari berbagai macam responden. Bisa adaptasi dengan mereka,” ujar dia.

Selain dari apa disampaikan Tri, umumnya enumerator juga perlu memiliki beberapa keterampilan lainnya. Misalnya kemampuan bernavigasi. Ini penting bagi enumerator karena mereka sering bepergian.

Mereka harus memahami bagaimana menafsirkan peta untuk merancang rute yang memungkinkan dikunjungi demi memaksimalkan waktu mereka.

Kemudian, kemakhiran berbahasa asing. Jika mengusai lebih dari satu bahasa tentu menjadi keunggulan tersendiri dan memungkinkan mengambil proyek dengan bayaran yang lebih mahal.

Jika Anda tidak keberatan untuk berpanas-panasan, berjalan jauh, atau mengetuk pintu orang tidak dikenal, mungkin Anda bisa menjajal profesi ini. Tidak perlu khawatir bila belum ada pengalaman.

Banyak lembaga survei yang merekrut enumerator dan memberikan pelatihan. Vendor seperti Pak Agus juga dapat menjelaskan cara kerja profesi ini.

Baca juga artikel terkait SURVEI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Mild report
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Dwi Ayuningtyas