Menuju konten utama

Empat Kabupaten di Sumatera Selatan Alami Dampak Karhutla Terparah

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan telah mengganggu kesehatan dan aktivitas warga.

Empat Kabupaten di Sumatera Selatan Alami Dampak Karhutla Terparah
Seorang anak menembus asap kebakaran lahan yang merambat ke kebun karet di Desa Soak Batok, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Selasa (10/9/2019). ANTARA FOTO/Mushaful Imam/wpa/hp.

tirto.id - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan memantau ada empat kabupaten yang paling parah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada puncak musim kemarau Agustus hingga September 2019 ini.

"Dari sembilan kabupaten yang dipetakan rawan karhutla, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, dan Banyuasin yang banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan gambut," kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel M Hairul Sobri, di Palembang, Minggu (15/9/2019) seperti diberitakan Antara.

Sobri menuturkan, keempat daerah tersebut memerlukan perhatian maksimal dari tim Satgas Penanggulangan Karhutla Sumsel agar kebakaran tidak semakin meluas. Seperti diketahui, karhutla tersebut mengakibatkan pencemaran udara serta kerusakan lingkungan yang lebih berat.

"Melihat fakta di lapangan itu, diharapkan pemerintah daerah dan pihak berwenang melakukan berbagai tindakan yang dapat mencegah terjadinya karhutla sehingga dapat dihindari bencana kabut asap yang dapat mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat," ujarnya.

Sobri juga mengatakan bahwa Walhi terus melakukan pemantauan dan tindakan penyelamatan lingkungan bersama dengan masyarakat peduli lingkungan lain. Menurut mereka, pemerintah pusat dan daerah belum bisa menanggulangi masalah karhutla, sehingga bencana itu terus berulang pada setiap musim kemarau.

Walhi menilai, kegiatan pencegahan serta penanggulangan karhutla dengan melakukan operasi udara dan darat yang berlangsung selama ini perlu dievaluasi karena menghabiskan dana yang tidak sedikit dan tak terlihat hasilnya. Selain itu, kata Sobri, aparat perlu menindak tegas siapa saja yang lalai menjaga lahan dan sengaja melakukan pembakaran di musim kemarau.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang dr Letizia telah mengimbau warga agar menggunakan masker untuk meminimalkan kontak langsung dengan asap dampak karhutla di sejumlah daerah Sumsel. Masker tersebut berfungsi untuk menghindari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Selain menggunakan masker, warga juga diimbau untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) agar terhindar dari ISPA dan gangguan kesehatan lainnya akibat udara tercemar asap karhutla. Letizia juga menyampaikan bahwa mereka telah membagikan ribuan masker di 18 kecamatan.

Banjarmasin Masih Diselimuti Kabut Asap

Sementara itu, kabut asap masih menyelimuti Kota Banjarmasin dan sekitarnya, Minggu (15/9/2019). Seperti dilansir Antara, berdasarkan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang disiarkan di laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kualitas udara di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, masih berada dalam kategori sedang.

Menurut data yang berlaku 14 September pukul 15.00 sampai 15 September pukul 15.00 tersebut, ISPU Kota Banjarmasin tercatat 59 berdasarkan parameter partikulat (PM10).

Antara mengabarkan, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan juga tidak sampai mengganggu pandangan dan tidak menghambat lalu lintas kendaraan sebagaimana pada Sabtu (14/9).

Menurut General Manager Bandara Syamsudin Noor, Indah Preastuty, pada Sabtu (14/9) penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, terganggu karena kabut asap sempat menurunkan jarak pandang menjadi 50 meter sampai 200 meter. Padahal seharusnyha, pilot dapat lepas landas dengan aman jika memiliki jarak pandang minimal 500 sampai 600 meter dan mendarat dengan aman kalau jarak pandang di atas 800 meter.

Baca juga artikel terkait KARHUTLA atau tulisan lainnya dari Antara

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Antara
Penulis: Antara
Editor: Widia Primastika