tirto.id -
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kenaikan harga pangan yang dominan menyumbang inflasi tak terjadi di tahun ini. Kondisi ini terjadi
karena adanya pandemi COVID-19 serta pembatasan sosial berskala besar (PSBB).Inflasi terbesar dan menjadi komponen penyumbang inflasi paling dominan justru berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Kelompok tersebut, kata Suharyanto, mengalami inflasi sebesar 1,2 persen sepanjang April dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,07 persen.
"Kenaikan harga emas perhiasan menyumbang andil 0,06 persen. Kita tahu harga emas mengalami kenaikan di 87 kota IHK yang dipantau BPS. Misalnya di Semarang kan harganya naik 16 persen," jelasnya dalam siaran langsung video conference Senin (4/5/2020).
Inflasi selanjutnya disumbang dari kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,18 persen. Andil kelompok ini terhadap inflasi, tutur Suharyanto, mencapai sebesar 0,02 persen.
"Sub kelompok jasa layanan makanan dan minuman mengalami inflasi 0,18 persen," imbuhnya.
Adapun kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau hanya mengalami inflasi sebesar 0,09 persen dengan andil 0,02 persen terhadap inflasi April.
Komoditas yang memberikan andil inflasi karena ada kenaikan harga, lanjut Suharyanto, adalah bawang merah sebesar 0,08 persen dan gula pasir sebesar 0,02 persen.
"Beberapa barang seperti minyak goreng rokok kretek filter, rokok putih, itu andilnya 0,01 persen," sebutnya.
Di sisi lain, ada komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil terhadap deflasi kelompok tersebut. "Cabe merah mengalami penurunan harga dan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,08 persen, daging ayam ras sebesar 0,05 persen serta bawang putih 0,02 persen," urainya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana