tirto.id - Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, masih meninjau kembali data perdagangan bulan Februari yang baru saja dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Sebab, nilai ekspor Indonesia pada bulan lalu hanya tercatat sebesar 12,53 miliar dolar AS. Angka ini merosot dibanding catatan pada Januari 2019, yakni 13,92 miliar dolar AS.
"Kami masih mempelajari data-data yang dirilis BPS, akan kami lihat mana saja yang kurang optimal," kata Oke saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (15/3/2019).
Menurut Oke, saat ini Kemendag sedang mengevaluasi atase perdagangan dan Indonesian Trade and Promotion Center (ITPC) di sejumlah negara tujuan ekspor.
Beberapa atase dagang dan ITPC sudah ditutup lantaran tidak optimal mendorong ekspor. Salah satu ITPC yang sudah ditutup, kata Oke, adalah ITPC di Lyon, Perancis.
Oleh karena itu, Kemendag kini mencari beberapa negara tujuan ekspor baru untuk menggantikan atase dagang yang ditutup.
"Kami akan lebih melihat potensi ke negara-negara lain ke depannya," ujar Oke.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan kinerja ekspor Februari 2019 menurun karena tiga negara, yakni Amerika Serikat, Cina dan Jepang sedang mengalami perlambatan ekonomi.
Padahal, Suhariyanto mencatat perdagangan dengan tiga negara tersebut menyumbang 39 persen dari total ekspor Indonesia.
Dia memaparkan nilai ekspor nonmigas Indonesia ke tiga negara itu pada Februari 2019 ialah: Cina (1,54 miliar dolar AS) Amerika Serikat (1,27 miliar dolar AS) dan Jepang (1,03 miliar dolar AS).
“Kita harus segera diversifikasi [pasar ekspor]. Memang enggak gampang, karena ekspor kita 39 persennya ke tiga negara itu. Tapi ini harus dicoba,” ucap Suhariyanto.
Di sisi lain, Suhariyanto juga menyarankan pemerintah mulai membenahi industri hilir. "Kita harus hilirisasi sehingga bisa diversifikasi produk jadi nilai ekspor kita bisa bertambah," ujar dia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom