tirto.id - Gempa bumi bermagnitudo 7,4 mengguncang perairan Semenanjung Noto, Prefektur Ishikawa, Jepang. Menimbulkan gelombang tsunami, sekira pukul 16.10 JST atau 14.10 WIB, Senin (1/1/2024).
Lindu juga menghancurkan banyak bangunan hingga melumpuhkan jaringan transportasi umum. Teranyar, 48 orang dilaporkan tewas akibat kejadian ini.
Kepolisian setempat sebelumnya melaporkan enam orang tewas di dekat Suzu. Penyebabnya, korban tidak bisa segera ditangani karena beberapa dokter tidak bisa segera sampai di rumah sakit. Selain itu, kebutuhan listrik untuk menangani pasien hanya mengandalkan generator cadangan.
Gempa juga mengakibatkan empat jalur jalan raya, dua layanan kereta kecepatan tinggi, 34 jalur kereta lokal, dan 16 jalur feri diberhentikan operasinya. Selain itu, 38 penerbangan dibatalkan.
Otoritas setempat melaporkan, gempa dirasakan masyarakat Prefektur Niigata, Toyama, Fukui, Nagano, Gifu, Tokyo, Yamagata, Fukushima, Ibaraki, Tochigi, Gunma, Saitama, Shizuoka, Aichi. Masyarakat di Mie, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, Tottori, Iwate, Miyagi, dan Akita.
Prefektur Toyama yang berada sekitar 100 kilometer dari pusat gempa dilaporkan terkena dampak paling parah.
Dian Novitasari dan sejumlah WNI lainnya memutuskan mengungsi ke Masjid Kanazawa karena alarm peringatan terus menyala.
Ia mengaku saat gempa terjadi tidak sedang di rumah. Namun, ketika sampai di tempat tinggalnya di lantai 3, Dian melihat barang-barang sudah berjatuhan ke lantai.
"Tadi saya pulang, mixer menyala berputar-putar, kaca-kaca terbuka sebagian, televisi semua jatuh ke lantai," kata Dian dikutip dari Antara, Senin (1/1/2024).
Dian mengaku bersama keluarga dan 12 orang lainnya mengungsi ke masjid yang lokasinya lebih tinggi daripada kawasan lain. Ada juga WNI yang mengungsi di aula-aula publik milik pemerintah setempat.
Guncangan dahsyat juga sempat dirasakan WNI di prefektur lain seperti Tottori. Sejumlah WNI di Prefektur Toyama juga tengah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI segera melakukan koordinasi dengan KBRI Tokyo dan KJRI Osaka.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri, Joedha Nugraha, menuturkan pihaknya masih memantau kondisi 1.315 WNI yang menetap di Prefektur Ishikawa.
Joedha mengatakan, KBRI Tokyo dan KJRI Osaka telah mengeluarkan imbauan agar WNI tetap waspada atas gempa susulan dan tsunami, serta selalu memantau informasi dan arahan otoritas setempat.
Menurutnya, ancaman tsunami masih berlaku hingga saat ini berdasarkan informasi dari KBRI Tokyo dan KJRI Osaka.
"Peringatan tsunami di sepanjang pesisir barat Jepang masih belum dicabut hingga malam hari ini waktu Jepang," kata Joedha kepada Tirto, Senin (1/1/2024).
Joedha menambahkan, saat ini KBRI Tokyo dan KJRI Osaka telah berhasil menjalin komunikasi dengan simpul-simpul masyarakat Indonesia di wilayah terdampak, yakni Noto Peninsula, Ishikawa, dan Niigata.
Ia memastikan, ada WNI yang mengungsi ke sejumlah lokasi yang disiapkan otoritas setempat maupun ke tempat tinggal sanak keluarga di wilayah yang sama. Hingga saat ini, menurutnya, belum ada WNI yang terluka atau meninggal dunia akibat peristiwa ini.
"Hingga saat ini otoritas setempat belum menyampaikan data resmi warga menjadi korban," kata Joedha dalam keterangannya, Selasa (2/1/2024).
Gempa Jepang Tak Berdampak ke Indonesia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memastikan tsunami akibat gempa bumi di Jepang tak berdampak ke Indonesia.
Kabar ini disampaikan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono. Ia mengatakan, gempa yang memiliki episentrum pada koordinat 37,35° LU dan 137,24° BT, atau tepatnya berlokasi di wilayah Prefektur Ishikawa, Jepang, pada kedalaman 45 km ini memicu peringatan tsunami pada wilayah sepanjang pesisir pantai barat Jepang.
"Berdasarkan analisis modeling tsunami BMKG, gempa Jepang M7,4 tersebut tidak berpotensi tsunami di wilayah Indonesia dan negara-negara Samudra Hindia," ungkapnya, dikutip dari Antara, Senin (1/1/2024).
Hingga Senin sore, tsunami telah terjadi di beberapa wilayah pantai di Jepang, yaitu Wajima (Ishikawa), waktu tiba 14.21 WIB dengan ketinggian 1 meter 20 cm; Toyama, waktu tiba 14.35 WIB dengan ketinggian 80 cm; Kashiwazaki (Niigata), waktu tiba 14.36 WIB dengan ketinggian 40 cm.
Selain itu, Pelabuhan Kanazawa (Ishikawa), waktu tiba 14.04 WIB dengan ketinggian 40 cm; Pulau Tobishima (Yamagata), waktu tiba 15.07 WIB dengan ketinggian 20 cm; dan Pulau Sado Washizaki (Niigata), waktu tiba 15.09 WIB dengan ketinggian 20 cm.
Daryono mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
DPR Minta KBRI Sigap Mendata WNI
Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Golkar, Dave Laksono, meminta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang lekas mendata WNI yang terdampak gempa dan tsunami untuk diberikan bantuan.
Menurut Dave, banyak WNI yang menetap di Jepang untuk sekolah atau hanya untuk liburan. Ia meminta KBRI Jepang segera memberikan pertolongan pertama bahkan jika perlu dilakukan evakuasi.
"Kalau memang butuh evakuasi, kita evakuasi, kalau memang tidak dibutuhkan evakuasi cukup mengungsi ke lokasi pilihan mereka asal mereka mendapatkan bantuan yang dibutuhkan," ucap Dave.
Ia mengatakan, Indonesia akan memberikan bantuan kepada Jepang bila memang dibutuhkan.
"Kita berharap seluruh korban dapat ditolong dan dibantu bilamana ada yang bisa kita kirimkan bantuan berapapun pasti kita tidak ragu segera mengirimkan bantuan ke negara sahabat kita, Jepang," tutup Dave.
Update Korban Gempa Jepang
Hingga per Selasa (2/1/2024) siang, korban gempa di Ishikawa, Jepang, mencapai 48 orang. Jumlah ini kemungkinan bersifat dinamis akibat bencana yang besar tersebut.
Menurut laporan NHK, kerusakan di Ishikawa terjadi di sejumlah kota. Beberapa di antaranya, yakni Wajima, Suzu, Kanazawa dan Nanao.
Kerusakan di sejumlah kota ini tepatnya terjadi di bangunan berupa gedung tinggi maupun permukiman warga.
Di satu sisi, CNN melaporkan bahwa Badan Meteorologi Jepang telah mencabut peringatan atas bencana tsunami pada Selasa ini. Akan tetapi, akses menuju sisi utara Noto Peninsula di Ishikawa menjadi terblokir.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, akses menuju Noto Peninsula terblokir karena jalanan yang hancur.
“Untuk mengamankan jalur ke sana [Noto Peninsula], kami harus mengerahkan seluruh sarana transportasi, tidak hanya transportasi darat tetapi juga transportasi udara dan laut. Kami telah melakukan upaya untuk memindahkan barang, perbekalan, dan personel ke sana sejak tadi [Senin] malam," kata Kishida, dikutip dari CNN.
Untuk diketahui, gempa berkekuatan 7,4 melanda Ishikawa pada Senin kemarin pukul 16.10 waktu Jepang.
Indonesia Tetap Siaga
Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, senada dengan BMKG yang menyebut gempa Jepang tak berdampak ke Indonesia. Sebab, kata dia, subduksinya berbeda. Eko mengatakan, subduksi gempa Jepang dari lokal, sedangkan di Indonesia dari selatan Jawa Barat dan Sumatra.
Namun, kata dia, gempa di Negeri Sakura itu tidak menutup kemungkinan akan berpotensi ke Indonesia. Maka itu, ia meminta pemerintah Indonesia tetap siaga.
"Bentuk siap siaga itu apa, cek apakah rumah-rumah kita itu sudah beradaptasi dengan potensi gempa. Rumah di kawasan selatan Jawa, Sumatra, sepanjang jalur subduksi atau di turunannya patahan-patahan yang nyambung dengan zona subduksi," ucap Eko.
Di sisi lain, ia meminta pemerintah segera mendata WNI di Jepang. Eko meyakini negara maju seperti Jepang pasti lebih maju soal pendataan.
"Menyikapi keluarga Indonesia di Jepang, pasti pemerintah tahu posisi setiap warga dan dari data itu perlu dicatat ulang kondisinya seperti apa," tutup Eko.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Irfan Teguh Pribadi