Menuju konten utama

Dua Warga Derita Ulkus Kornea, Diduga Dampak Abu Batu Bara Marunda

KPAI temukan lagi dua warga menderita ulkus kornea, diduga sebagai akibat pencemaran abu batu bara dari Pelabuhan Marunda.

Dua Warga Derita Ulkus Kornea, Diduga Dampak Abu Batu Bara Marunda
Foto udara dermaga di Pelabuhan Marunda, Jakarta, Rabu (11/12/2019). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

tirto.id - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti mengaku menemukan dua kasus anak menderita Ulkus Kornea pada matanya di Marunda, Jakarta Utara.

Hal itu diduga akibat pencemaran abu batu bara dari Pelabuhan Marunda. Kedua warga terdiri dari anak-anak dan satu orang dewasa yakni, SY (Perempuan 6 tahun) dan BA (laki-laki 20 tahun). Sebelumnya juga ada satu kasus yaitu R (laki-laki 9 tahun) yang sempat mendapatkan donor mata.

"Jumlah kasus diagnosa Ulkus Kornea di Marunda menjadi tiga kasus, dua di antaranya dialami anak di bawah umur," kata Retno melalui keterangan tertulisnya, Jumat (1/4/2022).

Ulkus kornea adalah luka terbuka pada kornea yang paling sering disebabkan oleh infeksi. Kondisi yang juga disebut keratitis ini tergolong kondisi darurat medis. Apabila tidak segera ditangani, ulkus kornea dapat mengakibatkan kebutaan.

Ulkus kornea dapat terjadi akibat cedera langsung ke mata, atau dari infeksi bakteri, jamur, atau virus. Gejala berupa mata kemerahan, sakit mata, air mata berlebihan, sensasi benda asing di mata, dan pandangan memburuk atau kabur. Kondisi ketika peradangan pada lapisan terluar mata menyebabkan nyeri.

“Bisa dibayangkan ketika anak usia 6 tahun harus mengalami semua rasa sakit dan nyeri tersebut”, tegasnya.

Retno mengatakan saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dan P2TP2A DKI sudah melakukan home visit ke Rusun Marunda untuk melakukan assesmen kepada SY, anak korban yang mengalami diagnose Ulkus Kornea.

“Saya berharap P2TP2A menindaklanjuti asesmen dengan terapi, baik kepada anak maupun ibundanya agar secara mental, keduanya dapat menjalani proses pengobatan dengan penuh semangat untuk pulih”, ucapnya.

Atas kondisi tersebut, Retno mendesak Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta untuk segera membantu pengobatan SY agar prosesnya berjalan lancar dan pihak keluarga tidak beratkan dengan biaya.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melalui Puskesmas sudah tiga datang ke Rusun Marunda. Namun, kata Retno, warga menyatakan kurang efektif karena masih sedikit yang mengetahui adanya layanan kesehatan dan screening dari Dinkes DKI.

Sebab, banyak warga Rusun Marunda mengira bahwa itu adalah aktivitas pemberian vaksin booster dan bukan layanan kesehatan untuk masyarakat yang terdampak pencemaran abu batu bara.

"Hal ini harus menjadi refleksi dan evaluasi bagi Dinkes DKI Jakarta untuk melakukan sosialisasi dahulu sebelum turun lagi ke warga Rusun Marunda," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PENCEMARAN UDARA MARUNDA atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan & Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri