tirto.id - Ibadah puasa pada Senin, 6 Mei 2019 atau 1 Ramadan 1440H di Kab. Bangka Selatan memasuki hari ke-1. Ibadah puasa untuk 10 hari pertama memiliki keutamaan lantaran akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
Sebagai bagian dari ibadah puasa di 10 hari pertama, umat muslim di Kab. Bangka Selatan dapat menunaikan aktivitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, mengikuti ceramah di masjid-masjid terdekat Warga muslim Kab. Bangka Selatan atau para musafir yang sedang singgah dapat melakukan aktivitas ibadah tersebut di masjid-masjid. Beberapa masjid di Kab. Bangka Selatan antara lain, Masjid Pemda, Masjid Nurul Akbar, Masjid jami Amaliah.
Masjid Pemda alamat di Komplek Perkantoran Pemda Jl.Gunung Namak Toboali, dikategorikan sebagai Masjid Agung. Masjid ini memiliki daya tampung 100 - 150 jamaah, yang dibangun pada 2009.
Warga muslim di Kab. Bangka Selatan bisa pula menjalankan ibadah pada 10 hari pertama salat tarawih di Masjid Nurul Akbar selain di Masjid Pemda.
Masjid Nurul Akbar, yang dibangun pada 1985, dapat menampung 100 - 150 jamaah. Masjid ini beralamat di Jalan Desa Airbara, yang dikategorikan sebagai Masjid Besar.
Sementara untuk Masjid jami Amaliah, yang beralamat di Jln. Raya desa payung, masjid ini dibangun pada 2000. Masjid jami Amaliah yang memiliki daya tampung > 200 jamaah, termasuk jenis Masjid Besar.
Berikut link download jadwal imsakiyah di Kab. Bangka Selatan pada 10 hari pertama ibadah puasa Ramadan 1440 H:
https://jadwal-imsakiyah.tirto.id/kab-bangka-selatan
Selain rangkaian jadwal imsakiyah, penting bagi umat Islam untuk mengetahui keutamaan sholat tarawih. Menurut kitab Durratun Nasihin keutamaan sholat tarawih di bulan Ramadhan seperti diriwayatkan Ali bin Abi Thalib ra. Bahwasannya Rasulullah SAW pernah ditanya seseorang mengenai fadhilah (keutamaan) sholat tarawih di bulan Ramadhan, maka beliau berkata “(fadhilah tarawih) di malam Ramadan ke-1 adalah membebaskan seorang mu’min dari dosanya seperti ketika ia baru dilahirkan ibunya.
Tausiah Harian
Salah satu hal yang harus ditahan dalam puasa adalah hawa nafsu dalam bentuk syahwat. Berkaitan dengan itu, banyak orang bertanya tentang, misalnya, hukum berciuman pasangan suami-istri di kala puasa.
Kesimpulan berdasarkan hadis, ciuman bagi mereka yang sedang puasa tidak membatalkan puasa. Inipun dengan syarat: ciuman tersebut tidak disertai syahwat.
Tetapi ada hal lain yang harus dijunjung tinggi, yaitu etika. Secara etika, ciuman di siang hari bulan Ramadan hendaknya dihindari. Tujuannya demi menghormati puasa itu sendiri.
Paling tidak ada dua hadis yang menjelaskan diperbolehkannya seseorang yang sedang berpuasa mencium istri atau budaknya. Tapi itu tadi, asal tidak membangkitkan syahwat.
“Kadang-kadang Rasulullah mencium sebagian istri-istrinya, padahal Beliau sedang berpuasa, kemudian Aisyah tertawa” (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1793 dan Muslim: 1851).
“Rasulullah mencium dan mencumbu (istrinya), padahal Beliau sedang berpuasa. Namun Beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya di antara kamu sekalian” (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1792 dan Muslim: 1854).
Penulis: Ulil Hadrawi
Sumber: NU Online http://www.nu.or.id/post/read/53007/berciuman-ketika-berpuasa
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH
