tirto.id - Exposing Exes' Secret adalah dokumenter buatan VOA yang sedang ramai menjadi perbincangan. Dokumenter ini menceritakan orang Indonesia yang membantu mengungkap distribusi konten pornografi tanpa izin di saluran Telegram.
Perilisan dokumenter ini kemudian menyita perhatian publik Tanah Air. Pasalnya, konten yang dimuat tersebut mengungkap sebuah praktik ilegal yang memuat konten sensual.
Konten tersebut didistribusikan di saluran Telegram Exes' Secrets. Namun, saat ini saluran tersebut justru telah hilang begitu saja.
Kendati demikian, terdapat saluran baru muncul tak lama saluran tersebut hilang dengan nama "Membongkar Rahasia Mantan".
Film Dokumenter Exposing Exes' Secret Menceritakan Tentang Apa?
Film dokumenter Exposing Exe's Secrets mengungkapkan sebuah praktik pendistribusian konten sensual tanpa konsensual di sebuah saluran Telegram bernama Exposing Exes'.
Setelah saluran tersebut hilang, tiba-tiba saja muncul saluran "Membongkar Rahasia Mantan". Diduga, saluran ini adalah saluran yang sama untuk mendistribusikan konten sensual.
Di dalam tersebut, disinyalir kuat terdapat konten pornografi yang diekspos tanpa izin pemiliknya.
Seorang Konten Kreator asal Indonesia, Indah Gunawan alias Indah G, disebut membantu mengungkap praktik kejahatan seksual secara online. Ia sempat mengekspos mengenai keberadaan Rahasia Mantan.
Grup Telegram Rahasia Mantan ini dibuat khusus untuk menjual foto maupun video perempuan tanpa sepengetahuan korban.
Disebutkan juga bahwa konten tersebut didukung oleh penggunaan AI dari pelaku atau pemilik akun Rahasia Mantan.
Pelaku bisa dengan mudah menggubah foto atau video permintaan dari anggota agar bisa menjadi konten sensual dan pornografi.
Korban yang meminta menghapus video atau foto yang menampilkan wajahnya tanpa persetujuan, harus menebus dengan uang yang cukup besar.
Selain itu, dalam dokumenter VOA ini juga seorang penyintas membagikan penglamannya secara pribadi ketika ia menjadi korban dan menemukan foto dirinya ikut didistribusikan di dalam grup Telegram Rahasia Mantan.
Di dalamnya, penyintas juga mengaku menemukan banyak foto perempuan, kemungkinan besar perempuan tersebut tidak mengetahui dan tidak menyetujuinya.
Selain foto dan video, penyintas juga membeberkan bahwa terdapat identitas perempuan yang dibeberkan di grup tersebut, mulai dari nama lengkap, universitas, hingga jurusan.
Perempuan yang menjadi korban saluran ini akan mengalami doxing, penyebaran konten secara non-konsensual, hingga deepfake porn.
Kendati grup saluran tersebut telah hilang, para pelaku kejahatan ini diyakini masih bisa berkeliaran dan belum tertangkap. Maka itu, VOA lewat film dokumenternya membantu untuk menguak praktik kejahatan siber tersebut.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra