Menuju konten utama

Dokter PPDS FK Unair di RS Soetomo Meninggal akibat Positif Corona

dr. Putri Wulan Sukmawati merupakan peserta program dokter spesialis (PPDS) FK Unair yang sedang menempuh studi spesialis kesehatan anak.

Dokter PPDS FK Unair di RS Soetomo Meninggal akibat Positif Corona
Sejumlah perawat beristirahat dengan mengenakan alat pelindung diri di Instalasi Gawat Darurat khusus penanganan COVID-19 di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (5/6/2020). ANTARA FOTO/FB Anggoro/pras.

tirto.id - Soerang dokter peserta program dokter spesialis (PPDS) kembali dilaporkan meninggal dunia setelah dinyatakan positif Covid-19. Kali ini, dr. Putri Wulan Sukmawati, dokter residen Ilmu Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) yang menjalankan praktiknya di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Jawa Timur harus berpulang.

"Iya benar [meninggal karena COVID-19]," kata Wakil Ketua Satuan Tugas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya untuk Covid-19 Arief Bachtiar saat dikonfirmasi Tirto pada Senin (6/7/2020).

Arief menjelaskan Putri meninggal dunia pada Minggu (5/7/2020) sekitar pukul 23.00 WIB. Sebelumnya ia menjalani perawatan sebagai pasien Covid-19 di RSUD Soetomo.

Ketua IDI Surabaya Brahmana Askandar mengatakan Putri diketahui bertugas memberi layanan kepada anak-anak di RSUD Soetomo, Surabaya. Tugas ini sesuai dengan studi yang sedang ditempuhnya yakni spesialis kesehatan anak. Brahmana menegaskan selama bertugas Putri tidak bertugas di ruang isolasi Covid-19.

"Benar beliau meninggal karena COVID-19. Namun beliau tidak bertugas di ruang isolasi Covid-19 melainkan memberi layanan pada anak-anak karena beliau PPDS ilmu penyakit anak," jelasnya.

Dari data yang diterima Tirto, hingga hari ini Senin (6/7/2020) terdapat 60 dokter residen dari Universitas Airlangga yang telah terpapar Covid-19. Mereka berasal dari 16 program studi, di antaranya ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, urologi, hingga obgyn.

Seorang narasumber yang mengaku dokter residen di RSUD Soetomo yang positif covid-19 pun mengatakan selama menangani pasien COVID-19, ia tidak dilindungi asuransi.

“Baru didaftarkan BPJS Ketenagakerjaan setelah ada berita kami PPDS kena COVID-19,” kata dokter tersebut kepada Tirto pada 26 Juni 2020.

Selama bertugas, ia kerap bekerja melebihi batas waktu, di antaranya saat bertugas di instalasi gawat darurat (IGD) bisa 12-24 jam dengan baju hazmat dan alat pelindung diri (APD) meski setelahnya ada kompensasi libur.

Mereka juga masih punya kewajiban datang ke ruang perawatan untuk memeriksa pasien non-Corona. Total waktu yang dihabiskan sehari melebihi delapan jam kerja.

Selama menangani pasien COVID-19, menurutnya, tanpa ada insentif dan gaji. Padahal posisinya sama dengan dokter relawan yang direkrut pemerintah untuk menangani pasien Corona di RSD Wisma Atlet.

“Kami setara dengan relawan, seharusnya dibayar. Orang tua kami menyekolahkan, bukan untuk diumpankan seperti ini,” imbuhnya.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Bayu Septianto