tirto.id - Puasa hari ke-19 Ramadan merupakan kesempatan bagi umat muslim guna mulai memperbanyak amalan ibadah. Sebab, hari tersebut menjadi tanda bahwa Ramadan menuju 10 malam terakhir.
Merujuk salah satu hadis, Aisyah R.A berkata: "Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya," (HR Muslim).
Saat memasuki 10 malam terakhir di bulan ramadan, salah satu ibadah yang dapat dilaksanakan ialah iktikaf atau berdiam diri di dalam masjid disertai berzikir dan berdoa.
Di sebuah hadis, Rasulullah bahkan menyamakannya dengan iktikaf bersama beliau. "Siapa yang ingin beriktikaf bersamaku, maka beriktikaflah pada sepuluh malam terakhir," (HR Ibnu Hibban).
Hukum Iktikaf di Rumah
Hukum ibadah iktikaf adalah sunah. Anjuran melaksanakan iktikaf, terutama pada bulan Ramadan, merujuk pada hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA, bahwa ia berkata:
"Nabi Muhammad SAW melakukan iktikaf di 10 hari terakhir dari Ramadan, [beliau melakukannya] sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan iktikaf setelah beliau wafat," (HR. Muslim).
Tujuan iktikaf adalah beribadah kepada Allah SWT. Dengan menetapkan waktu khusus di masjid, seseorang diharapkan dapat lebih khusyuk melakukan ibadah daripada di rumah.
Melalui iktikaf, seorang muslim bisa memakmurkan masjid pada bulan Ramadhan, sambil berzikir, bermuhasabah, mengharapkan rahmat dan ridha Allah SWT, mendengarkan ceramah agama, serta bergaul dengan orang-orang saleh.
Adapun beberapa rukun iktikaf ialah niat, berdiam diri di dalam masjid, adanya masjid, dan orang yang menjalankan iktikaf.
Namun, di tengah masa pandemi Covid-19, demi menghindari penularan virus corona, terutama di daerah rawan, apa sah melaksanakan iktikaf di rumah?
Mengutip penjelasan M. Ali Zainal Abidin di artikel "I’tikaf di Rumah Selama Ramadhan, Bolehkah?" yang dilansir NU Online, pembahasan tentang hukum iktikaf di rumah bisa merujuk ke penjelasan Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim li an-Nawawi (juz 3 hlm. 3), sebagai berikut:
"Imam Abu Hanifah berkata, ‘Sah bagi wanita beriktikaf di masjid rumahnya, maksudnya ruangan di rumah yang digunakan untuk salat, dan tidak boleh bagi laki-laki beriktikaf di rumahnya. Senada dengan Abu Hanifah yakni Qaul Qadim (pendapat lama) Imam as-Syafi’i, meski dianggap pendapat yang lemah menurut para ashab. Sebagian ulama Mazhab Maliki dan Syafi’i memperbolehkan itikaf di masjid rumah bagi laki-laki dan perempuan."
Apabila kondisi pandemi masih dinilai berbahaya maka pendapat ulama yang membolehkan iktikaf di rumah dapat dipraktikkan oleh umat Islam Indonesia.
Akan tetapi, dalam keadaan normal atau untuk daerah yang tidak rawan, sesuai dengan pendapat ulama empat mazhab (Hanafi, Syafi'i, Hanbali, dan Maliki), sebaiknya iktikaf dilakukan di masjid.
Bacaan Doa Puasa Hari ke-19 Ramadhan
Saat puasa Ramadhan sudah memasuki hari ke-19, umat Islam bisa membaca doa sebagai berikut yang dituliskan dalam bahasa Arab, tulisan latin, beserta terjemahannya.
اَللَّهُمَّ وَفِّرْ فِيْهِ حَظِّيْ مِنْ بَرَكَاتِهِ وَ سَهِّلْ سَبِيْلِيْ إِلَى خَيْرَاتِهِ وَ لاَ تَحْرِمْنِيْ قَبُوْلَ حَسَنَاتِهِ يَا هَادِيًا إِلَى الْحَقِّ الْمُبِيْنِ
Latin:Allahumma wafir fîhi hadhdhî min barakâtihi wa sahhil sabîlî ilâ khairâtihi wa lâ tahrimnî qubûla hasanaâtihi yâ hâdiyan ilâl haqqil mubîn.
Terjemahan: Ya Allah, sempurnakanlah bagianku di bulan ini dengan berkahnya, permudahlah jalanku untuk menempuh kebaikannya, dan janganlah Kau halangi diriku untuk menerima kebaikannya, wahai Penunjuk Jalan kepada kebenaran yang nyata.
Keutamaan I'tikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan
Dilansir laman Suara Muhammadiyah, Rasululah begitu bersemangat pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan melakukan iktikaf.
Dua alasan yang kemungkinan menjadi faktor pendorongnya seperti disebutkan di bawah ini:
1. Sepuluh hari terakhir merupakan penutup bulan Ramadan dan isyarat akan berakhirnya bulan Ramadan yang penuh berkah dan rahmat.
Pada 10 hari terakhir semua amalan dilipatgandakan oleh Allah, oleh karena itu disayangkan apabila tidak dimanfaatkan untuk menabung amal sebagai persiapan menuju akhirat.
2. Pada sepuluh hari terakhir juga ada satu malam yang dinamakan malam lailatulqadar, yang mana menjadi hari terbaik di di bulan Ramadan, dan kualitas lailatulqadar lebih baik daripada beribadah selama seribu bulan.
Firman Allah SWT seperti tertera di surah Al-Qadr ayat 1-5:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ - وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ - لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ – تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ – سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ – القدر
Innā anzalnāhu fī lailatil qadr; wa mā adrāka mā lailatul qadr; lailatul-qadri khairum min alfi syahr; tanazzalul-malā`ikatu war-rụḥu fīhā bi`iżni rabbihim, ming kulli amr; salāmun hiya ḥattā maṭla'il-fajr.
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Jadi, tujuan dari iktikaf adalah berhenti sejenak dari kesibukan dunia, memperbanyak amalan ibadah, melakukan muhasabah diri sekaligus mendekatkan diri kepada Allah dengan harapan jika dilaksanakan pada bulan Ramadan mendapatkan keutamaan lailatulqadar.