Menuju konten utama

Doa Niat Puasa Ramadhan & Doa Berbuka Puasa Beserta Artinya

Bacaan doa niat puasa Ramadan dan doa buka puasa

Doa Niat Puasa Ramadhan & Doa Berbuka Puasa Beserta Artinya
Aset TVR Ramadan Fiqih+Tasawuf

tirto.id - Dalam tradisi Islam di Indonesia, seringkali didapati setelah pengerjaan salat tarawih, jemaah kemudian mengucapkan niat puasa bersama-sama. Dalam Buku Saku Sukses Ibadah Ramadhan, hal tersebut tidak terlepas dari pentingnya niat puasa Ramadan.

Jika seseorang lupa tidak berniat, maka puasanya tidak sah. Ada kemungkinan, seseorang lupa berniat puasa keesokan paginya ketika melaksanakan sahur.

Oleh karenanya, dilakukanlah pembacaan niat puasa itu bersama-sama, dengan suara keras. Dalil membaca niat puasa dengan suara keras dapat dijumpai dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah.

Aisyah berkata, "Rasulullah datang kepada saya lalu bertanya, "Apa ada makanan?" Kami menjawab, "Tidak ada". Rasulullah berrkata, "Kalau begitu saya berpuasa" (H.R Muslim No 1951)

Sebagai catatan, jika seseorang berniat berpuasa saat makan sahur, dan ketika itu tanda waktu imsak sudah dikumandangkan dari masjid, niat tersebut tetap sah. Dalam hal ini, imsak bukanlah tanda seseorang untuk berhenti makan sahur. Puasa sendiri, dimulai setelah terbit fajar hingga terbenam matahari.

Dikutip dari situs web resmi Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dalil atas hal ini adalah sabda Nabi, "Sesungguhnya Bilal azan di kala malam (sebelum fajar shadiq), maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar azan dari Ibnu Ummi Maktum.”

Membaca doa niat berpuasa dapat dilakukan ketika sebelum memulai puasa, sebelum melaksanakan sahur, atau dapat dilakukan ketika malam hari sesudah melaksanakan salat tarawih.

Terdapat dua rukun utama berpuasa, yaitu niat dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga tenggelam matahari.

Dalam buku Tuntunan Ibadah pada Bulan Ramadhan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2018:5) salah satu dalil tentang niat puasa adalah riwayat yang disampaikan oleh Hafshah, bahwa Nabi saw bersabda, "Barangsiapa tidak berniat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya".

Rujukan yang sama juga diacu dalam Buku Saku Sukses Ibadah Ramadhan terbitan Pengurus Pusat Lajnah Ta'lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) (2017:17)

Selain itu, diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya semua perbuatan ibadah harus dengan niat, dan setiap orang tergantung kepada niatnya ….” (H.R Bukhari). Atas dasar tersebut, karena puasa termasuk ibadah, maka niat untuk mengerjakannya termasuk ke dalam rukun puasa.

Doa niat puasa Ramadan

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu sauma ghadin an’adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita’ala

Artinya, "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala."

Kekeliruan yang terjadi dalam melafalkan niat puasa tak secara langsung dapat berpengaruh pada sah atau tidaknya puasa, selama terbesit dalam hati masing-masing untuk melakukan ibadah puasa pada keesokan harinya.

Sementara kaitan antara niat berpuasa dan sahur menurut pendapat Imam Syafi’i bahwa makan sahur tidak dengan sendirinya dapat menggantikan kedudukan niat, kecuali apabila terbersit dalam hatinya maksud untuk berpuasa.

Saat azan magrib berkumandang, umat Islam disunahkan untuk menyegerakan berbuka. Diriwayatkan Sahl bin Sa‘ad, Nabi Muhammad bersabda, "Orang akan selalu baik (sehat) apabila menyegerakan berbuka".

Kenikmatan berbuka ini digambarkan dalam hadis qudsi, dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw berkata, "Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya" (H.R. Muslim). Ganjaran kegembiraan itu juga dilipatgandakan karena seorang hamba telah berhasil menahan hawa nafsunya.

Ketika waktu berbuka inilah, umat Islam dianjurkan membaca doa. Terdapat beberapa versi doa yang umum dibaca oleh umat Islam di Indonesia sebagai berikut.

1. Riwayat Muaz bin Zuhrah

Doa yang lazim diamalkan di Indonesia berasal dari sahabat Nabi, Muaz bin Zuhrah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Bukhari, dan Muslim sebagai berikut.

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Bacaan latinnya: Allâhumma laka shumtu wa 'alâ rizqika afthartu

Artinya, "Duhai Allah, untuk-Mu-lah aku berpuasa, atas rezekimulah aku berbuka." (HR. Abu Dawud, Bukhari, dan Muslim).

2. Riwayat Abdullah bin ‘Umar

Doa yang umum dibaca kedua berasal dari sahabat Mabi Muhammad, Abdullah bin 'Umar yang juga diriwayatkan Abu Dawud sebagai berikut:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Bacaan latinnya: Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah

Artinya, "Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah (HR. Abu Dawud).

3. Riwayat Anas bin Malik

Doa lainnya yang dapat dibaca bersumber dari sahabat Anas bin Malik yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan Albaihaqi sebagai berikut:

اللهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ فَتَقَبَّلْ مَنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Bacaan latinnya: Allâhumma laka shumtu wa 'alâ rizqika afthartu, taqabbal minnii innaka antassamii'ul aliim

Artinya, "Duhai Allah, untuk-Mu puasaku dan atas rizki-Mu aku berbuka, maka terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui".

4. Gabungan Doa Buka Puasa

Dalam kitab Fath al-Mu'in karya Zaynuddin al-Malibari (Juz 2 hlm. 279), membaca doa sesuai riwayat Muaz bin Zuhrah digabungkan dengan doa riwayat Abdullah bin Umar, yang merupakan doa ketika seseorang berbuka dengan menggunakan air.

Bacaan latinnya, “Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu, zahabadh dhamâ’u wabtalatl-‘urûqu wa tsabata-l-ajru insyâ-Allâh."

Artinya, ""Duhai Allah, untuk-Mu-lah aku berpuasa, atas rezekimulah aku berbuka.Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insyaAllah."

5. Gabungan Doa Buka Puasa

Karena keutamaan berbuka dan luhurnya doa yang bersumber dari Nabi Muhammad, Sulaiman Albujairimi, ulama dari Mazhab Syafi'i menggabungkan doa-doa di atas menjadi satu bacaan sebagaimana tercantum dalam Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib (2006, juz II: 385) sebagai berikut:

للّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ، وَبِكَ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شاءَ اللهُ. يا وَاسِعَ الفَضْلِ اِغْفِرْ لِي الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ

Bacaan latinnya: Allahumma laka sumtu wabika aamantu wa bika wa'alaika tawakkaltu dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Yaa waa si'al fadhli ighfirlii alhamdulillahilladzi hadaanii fasumtu warozaqii faafthortu

Artinya, "Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa. Dengan rezeki-Mu aku membatalkannya. Sebab dan kepada-Mu aku berpasrah. Dahaga telah pergi. Urat-urat telah basah. Dan insya Allah pahala sudah tetap. Wahai Zat Yang Luas Karunia, ampuni aku. Segala puji bagi Tuhan yang memberi petunjuk padaku, lalu aku berpuasa. Dan segala puji Tuhan yang memberiku rezeki, lalu aku membatalkannya."

Baca juga artikel terkait RAMADAN atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Fitra Firdaus