tirto.id - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI menjelaskan penyebab kualitas udara di DKI Jakarta tercatat menjadi yang terburuk di dunia berdasarkan laporan dari laman AQ Index.
Humas Dinas LH DKI, Yogi Ikhwan mengatakan penyebab kualitas udara Jakarta terburuk di dunia karena hari ini Rabu (15/6) terjadi kelembaban udara yang tinggi sejak dini hari. Sedangkan pada saat bersamaan, suhu udaranya rendah.
"Berdasarkan data dari Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada tanggal 15 Juni 2022 sejak dini hari kelembaban tinggi, sedangkan suhunya rendah," kata Yogi kepada Tirto.
Dia mengatakan, hal tersebut mengakibatkan polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer.
"Maka akan terlihat kondisi kualitas udara seperti kabut, didukung juga dengan cuaca yang mendung," ucapnya.
Berdasarkan situs AQ Index pada Rabu (15/6) pukul 09.50 WIB berada di angka 183 US AQI dengan PM 2.5 sebesar 118 µg/m³ dan PM 10 sebesar 20,6 µg/m³.
PM 2.5 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Selain itu tercatat kelembaban Jakarta pagi tadi mencapai 79 persen, tekanan 1.012 mb, dan angin 5.4 km/jam. Dengan kondisi itu, AQ Index melabeli secara kumulatif kualitas udara di Jakarta berwarna merah alias tidak sehat.
Konsentrasi PM 2.5 di udara Jakarta saat ini 23.6 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Terdapat empat stasiun kualitas udara di Ibu Kota yang dilabeli ungu atau masuk kategori kualitas udara yang sangat tidak sehat. Rinciannya berada di Gading Harmony, Jalan Pasir Putih II, TJ Depo Pesing, dan Wisma Matahari Power.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri