tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal membangun bioskop-bioskop murah di pasar-pasar tradisional agar perfilman Indonesia maju.
Menurut dia, hal tersebut penting dilakukan dan Jakarta perlu turun tangan dan ikut mengembangkan bioskop rakyat.
"Jakarta biar jadi pusat perfilman," ujar dia di Gedung Graha Niagara Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (1/3/2017).
Lebih lanjut Ahok menjelaskan apabila nantinya sineas luar negeri yang ingin membuat film di Indonesia, maka mereka tidak perlu membawa alat-alat dari luar, tetapi bisa menyewa peralatan di Indonesia. Bioskop murah tersebut, kata dia, nantinya akan disubsidi oleh Pemda dan pihak pengelola bisa dapat pemasukan dari iklan.
Terkait dengan itu, pengamat perfilman, Yan Widjaya mengatakan apabila wacana bioskop murah benar-benar terealisasi, maka hal tersebut akan sangat berpengaruh dengan kemajuan perfilman Indonesia.
Ia mengatakan saat ini bioskop yang ada adalah bioskop berlevel A, dimana tiket masuknya minimal Rp30.000 dan harga tersebut tidak dapat di jangkau oleh masyarakat kelas bawah.
Sementara kelas B dan C, kata dia, hanya memakan biaya Rp20.000 dan Rp10.000 dan bioskop tersebut sudah tidak ada lagi dan mulai tutup sejak tahun 1990.
Yan juga tak mengaku khawatir terkait dengan adanya anggapan yang mengatakan akan ada perbedaan kelas di dunia perfilman apabila bioskop murah terealisasi. Pasalanya, masing-masing kelas memiliki pasarnya masing-masing.
"DKI cukup 1000, daerah 4000, orang daerah lebih suka film Indonesia, orang Jakarta lebih suka film impor," ungkap Yan Widjaya, Rabu (1/2).
Ia pun menyayangkan jumlah layar di DKI Jakarta yang masih jauh dari jumlah idealnya. Menurutnya, jumlah idealnya adalah 1000 layar, sementara saat ini DKI hanya memiliki sekitar 600 layar.
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Alexander Haryanto