tirto.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta nonaktif Djarot Saiful Hidayat menyayangkan isu SARA masih mewarnai pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada). Karenanya, Djarot mengaku prihatin dengan masih adanya pihak yang memanfaatkan isu SARA dalam Pilkada DKI putaran kedua ini.
"Jangan sampai gunakan isu SARA, tidak baik, kan masih juga terjadi," katanya pada wartawan saat ziarah di makam mantan Presiden Soekarno di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Kamis (9/3/2017) malam.
Djarot menuturkan, banyak beredar di jejaring sosial berbagai meme yang isinya ajakan untuk menolak memilih pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok. Beragam meme itu menjadi viral di jejaring sosial.
Menurut dia, adanya beragam isu yang bahkan menjadi viral itu merupakan salah satu bentuk kebebasan yang sudah di luar batas demokrasi.
"Inilah sebetulnya kebebasan di medsos [media sosial], kalau menurut saya di luar batas-batas demokrasi, makanya saya datang ke makam Bung Karno ingin mengambil spiritnya. Saya ke ibu saya ambil spirit sambil berdoa, ke bapak juga berdoa," katanya.
Mengutip dari Antara, mantan Wali Kota Blitar itu mengatakan, dunia politik, salah satunya di Jakarta saat ini masih dalam proses pendewasaan dalam berdemokrasi. Padahal setiap warga mempunyai kesempatan yang sama, hak yang sama maupun kewajiban yang sama dalam pilkada ini.
Ia pun berharap masyarakat lebih cerdas dan tidak terjebak dalam isu SARA. Harusnya, masyarakat lebih melihat pada kinerja calon serta komitmennya dalam memimpin suatu daerah.
"Untuk sekarang, bagaimana dalam proses transisi demokrasi di Jakarta ada kedewasaan, jangan sampai menggunakan isu sara. Harusnya lihat kapasitasnya, track record, kinerjanya, komitmennya, seperti itu," tegasnya.
KPU DKI Jakarta telah menetapkan pasangan calon yang akan melaju di pilkada putaran kedua. Dua pasangan calon yang kembali akan bertarung adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Pilkada putaran kedua akan berlangsung pada 19 April 2017.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari