Menuju konten utama
Kasus Ratna Sarumpaet

Disebut PSI Capres Oplas, Gerindra: Dia Numpang Ketenaran Prabowo

Prabowo mengatakan Ratna Sarumpaet sempat ketakutan dan trauma usai mengalami pemukulan. Namun, belakangan Ratna mengaku bahwa kabar pemukulan terhadapnya adalah hoaks.

Disebut PSI Capres Oplas, Gerindra: Dia Numpang Ketenaran Prabowo
Aktivis Ratna Sarumpaet (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)

tirto.id - Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni menyebut ada calon presiden oplas di Pilpres 2019. Sebutan itu disampaikan menyikapi kabar dugaan pemukulan terhadap Ratna Sarumpaet yang ramai diperbincangkan sejak Senin (1/10/2018) lalu.

"Baru saja dengarkan pernyataan polisi mengenai Ratna Sarumpaet. Ternyata kita punya 'Capres oplas' selain sebelumnya disebut 'capres kardus'. Cawapres dan timnya sama saja. Menghilangkan akal sehat demi nafsu politik," kata Antoni dalam pesan tertulis yang diterima Tirto, Rabu (3/10/2018).

Antoni tidak secara jelas menyebut siapa capres oplas yang ia maksud. Akan tetapi, jika merujuk pada sebutan “capres kardus” yang ia sampaikan, maka tudingan itu mungkin diarahkan kepada Prabowo Subianto.

Prabowo sempat disebut sebagai “jenderal kardus” oleh Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief. Sebutan itu melekat kepada Prabowo sebelum dirinya menetapkan Sandiaga Uno sebagai cawapres di Pilpres 2019.

"Tidak ada keinginan untuk tabayun. Tabayun perintah Qur’an dilupakan," kata Antoni. "Sementara kita masih berduka. Rakyat dan pemerintah sama-sama bantu korban Palu dan Donggala. Kalian sibuk bermain politik penuh fitnah."

Menyikapi pernyataan Antoni, Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade pun angkat bicara. Menurutnya, Antoni hanya ingin numpang terkenal dengan mengeluarkan pernyataan seperti itu.

"Raja Juli kan memang selalu ingin numpang tenar ke Pak Prabowo," kata Andre kepada Tirto.

Andre pun membela pernyataan Prabowo soal dugaan pemukulan terhadap Ratna Sarumpaet. Menurut Andre, Prabowo tidak pernah memainkan isu pemukulan Ratna. Ia hanya disebut mendesak polisi untuk mengusut kebenaran kasus itu.

"Beliau menyampaikan keprihatinan beliau karena dapat informasi dari Mbak Ratna. Beliau meminta pihak Kepolisian segera mengusut kasus itu," kata Andre.

Saat menyampaikan pernyataan di kediamannya, Selasa (2/10/2018) malam lalu, Prabowo menilai pelaku yang menganiaya Ratna Sarumpaet pengecut. Alasannya, kekerasan dilakukan terhadap perempuan berusia 70 tahun. Bahkan, menurutnya, tindakan ini mengancam keberlangsungan demokrasi di Indonesia.

Prabowo mengaku baru mengetahui kejadian dugaan penganiayaan terhadap Ratna Senin (1/10/2018) malam melalui foto-foto yang beredar di media sosial. Lalu, bersama Wakil Ketua DPP Gerindra Fadli Zon dan Anggota Dewan Pembina Pemenangan Prabowo-Sandiaga, Amien Rais, ia menemui Ratna kemarin sore.

"Beliau sangat sangat ketakutan, sangat traumatize, saya lihat sendiri," kata Prabowo.

Kabar dugaan pemukulan ini bermula dari beredarnya sebuah foto Ratna di sebuah kamar rumah sakit dengan dua lebam sekitar mata diunggah sebagai status Facebook oleh akun bernama Rusdianto Samawa, Selasa (2/10/2018).

Status Facebook itu kemudian menyebar cepat di dunia maya setelah diunggah ulang netizen lainnya. Kebanyakan dalam bentuk tangkapan layar gawai atas unggahan itu.

Juru Bicara Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak saat dihubungi pada Selasa siang membenarkan Ratna mengalami pengeroyokan. “Kami telepon Mbak Ratna, jadi betul beliau itu dikeroyok dimasukkan ke dalam mobil, dan dikeroyok oleh orang yang tak dikenal di Bandara Bandung," kata Dahnil.

Namun, Ratna Sarumpaet akhirnya mengaku kalau dia tidak dianiaya oleh sekelompok orang tak dikenal di Bandung, Jawa Barat, pada 21 September 2018. Dengan demikian segala klaim dan pembelaan kawan-kawan dekatnya pun gugur sudah.

"Kali ini saya pencipta hoaks terbaik sepertinya, menghebohkan semuanya," ujar Ratna di kawasan Kampung Melayu Kecil, Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2018).

Baca juga artikel terkait KASUS PENGEROYOKAN atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto