tirto.id - Sosok Didi Kempot muncul di Google Doodle pagi ini, Minggu (26/2/2023). Melalui sebuah gambar bertajuk "Mengenang Didi Kempot", Google menampilkan ilustrasi sang maestro campursari tengah bernyanyi dikelilingi gemerlap cahaya panggung.
Didi Kempot digambarkan memakai kostum ikonik berupa beskap hitam dan blangkon ikat kebanggannya. Ilustrasi ini seolah membangkitkan kembali kenangan Didi Kempot sejak kepergiannya yang mengejutkan pada 2020 lalu.
Kepergian Didi Kempot memang tidak disangka, mengingat ia meninggal di tengah-tengah popularitasnya yang kembali menanjak setelah sekian tahun. Inilah yang membuat Didi Kempot dikenal sebagai seniman musisi yang eksis di dua masa.
Sejak kembali populer di dunia musik tanah air di akhir 2018-an, penggemar Didi terbagi menjadi dua, yaitu penggemar lawas yang lahir sebelum tahun 1980-an dan muda-mudi yang lahir antara 1990 - 2000-an.
Riwayat Bermusik Didi Kempot
Dionisius Prasetyo atau yang lebih dikenal sebagai Didi Kempot merupakan penyanyi campursari kelahiran Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
Ia lahir di keluarga seniman dan merupakan adik dari pelawak Srimulat, Mamiek Podang. Didi Kempot memutuskan untuk terjun ke dunia musik di tahun 1980-an.
Sebelum tenar di panggung besar dan media mainstream, Didi Kempot dulunya bernyanyi di kalangan warga lokal. Ia bermusik di Jawa Tengah selama tiga tahun masa kariernya.
Namun, lagu-lagu gubahan Didi nyatanya disukai oleh kalangan rakyat biasa. Lagu-lagunya biasa didendangkan di pesta pernikahan, sunatan, atau syukuran-syukuran keluarga.
Lagu-lagu Didi Kempot juga hadir di berbagai hiburan di pedesaan Jawa, seperti pagelaran wayang dan tari tradisional.
Kemudian ia memberanikan diri mengadu nasib di Jakarta sekitar tahun 1987-1988. Ketika sampai di Jakarta ia tidak langsung mendapat kesempatan manggung.
Ia bahkan sempat berprofesi sebagai penyanyi jalanan bersama teman-temannya di daerah Palmerah dan Slipi.
Selama berada di Jakarta, Didi kerap menitipkan rekaman lagunya kepada banyak label, namun sering kali ditolak. Angin segar datang kepada Didi di tahun 1989 ketika Musica Studio's menawarkan kontrak kerjasama untuk merilis lagu.
Debutnya sebagai penyanyi campursari dimulai pada saat itu, dengan lagu perdana "We Cen Yu." Memasuki tahun 90-an nama Didi Kempot melambung dengan cepat berkat lagu hitsnya yang berjudul "Stasiun Balapan" yang rilis pada 1991.
Lagu lain yang mengantarkan namanya menjadi semakin dikenal adalah "Cidro." Lagu ini dirilis dari album pertamanya dulu, yaitu Album Campursari Didi Kempot.
Album ini kurang terkenal di Indonesia tapi justru menjadi pintu yang menghubungkan Didi dengan penggemar di mancanegara, khususnya Suriname dan Belanda.
Lagu tersebut dibawa oleh seorang turis Suriname di Indonesia yang berdomisili di Belanda. Setelah diputar di radio Amsterdam, lagu tersebut meledak dan digemari di sana.
Setelah memasuki tahun 2000-an, nama Didi berangsur-angsur memudar. Sosoknya mulai jarang disorot media meskipun lagu-lagunya tetap disukai para penggemar campursari.
Secara mengejutkan Didi kembali eksis di akhir 2018 menyusul meledaknya lagu-lagu dangdut-disko. Uniknya, lagu-lagu Didi tidak hanya digemari oleh kalangan senior tetapi juga muda-mudi.
Bahkan, berkat kepopulerannya ia didapuk oleh berbagai pihak untuk menjadi duta seni hingga duta e-commerce. Sosoknya kembali muncul di mana-mana, terkhusus di media sosial.
Ia bahkan menerima penghargaan Lifetime Achievement di ajang Billboard Indonesia Music Awards 2020.
Di tengah puncak karier keduanya, Didi Kempot tidak lupa dengan kegiatan sosial. Sebelum berpulang, ia sempat menggelar konser amal di tahun 2020 bertajuk #Dirumahaja untuk menghibur orang-orang yang berdiam diri di rumah selama pandemi.
Penghasilan dari konser itu ia gunakan untuk membantu orang-orang yang terkena dampak COVID-19. Namun, siapa sangka jika konser yang selesai pada 18 April 2020 lalu adalah konser terakhir Didi Kempot.
Didi Kempot meninggal dunia di usia 53 tahun pada 5 Mei 2020 di Rumah Sakit Kasih Ibu, Surakarta akibat henti jantung. Ia dimakamkan di Ngawi, tepatnya di TPU Astana, Kecamatan Kendal, Ngawi.
Daftar Lagu Didi Kempot
Sejak aktif di dunia musik, Didi menciptakan sejumlah lagu-lagu campursari berbahasa Jawa. Setidaknya sudah ada 700 judul lagu dan 23 album studio yang diciptakan oleh Didi Kempot
Uniknya, sebagian besar lagu-lagu Didi Kempot menggambarkan kesedihan hati karena cinta atau dalam istilah bahasa Jawa disebut nelangsa.
Sebagai contoh lagu "Stasiun Balapan" yang mengisahkan rasa sedih ditinggal seorang kekasih atau "Sewu Kutha" tentang sulitnya menemukan pengganti dan melupakan.
Perlu diketahui bahwa lagu-lagu semacam ini memang populer di dunia musik dalam negeri kala itu. 'Lagu Cengeng' seperti yang diciptakan Didi dulunya juga ditampilkan musisi lain yang populer di zaman itu, seperti Rinto Harahap, Obbie Messakh, dan Pance Pondaag.
Kendati demikian, Didi tidak hanya tepaku menciptakan lagu sedih. Ia juga menciptakan beberapa lagu dengan lirik jenaka seperti "Tanjung Perak", dan "Cucakrowo."
Berikut beberapa lagu hits Didi Kempot yang sangat populer seperti yang dikutip dari Antara:
- Cidro
- Layang Kangen
- Stasiun Balapan
- Kangen Nickerie
- Joget Sikep
- Kopi Lampung
- Tanjung Perak
- Cucakrowo
- Suket Teki
- Sewu Kuto
- Prau Layar
- Bojo Loro
- Ambyar
- Isih Tresno
- Tulung.
Julukan Didi Kempot
Nama Didi Kempot sendiri nyatanya memang sebuah nama panggung. Sebutan 'Kempot' yang ia taruh di belakang namanya adalah singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar.
Nama itu ia ambil dari julukannya selama bermain sebagai musisi jalanan sebelum debut sebagai musisi nasional. Namun, Didi Kempot juga dijuluki dengan sebutan lain, yaitu "The Godfather of Broken Heart” atau "Bapak Patah Hati."
Julukan ini ia dapat dari kepopulerannya di media sosial sejak 2018 lalu. Alasan utama ia memperoleh julukan ini adalah karena lagu-lagu yang ia nyanyikan sangat mewakili mereka-mereka yang menyebut diri sebagai "Sobat Ambyar" atau "Kaum Patah Hati."
Editor: Iswara N Raditya