tirto.id - Media arus utama maupun sosial bisa berpotensi dijadikan senjata terorisme guna menyebarluaskan ketakutan di tengah-tengah masyarakat, demikian yang diungkapkan Anggota Dewan Pers Indonesia, Jimmy Silalahi.
"Terutama media sosial yang menyasar publik yang sebagian besar belum bisa membedakan informasi dan berita," kata Jimmy saat seminar Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Paham Radikal dan Terorisme di Bengkulu, Kamis (12/10/2017), seperti dikutip Antara.
Menurutnya, kelompok teroris dapat menyebarluaskan paham terorisme serta radikalisme dengan memanfaatkan fenomena berita bohong atau “hoax”.
Oleh sebab itu, masyarakat dituntut agar lebih cerdas dalam membedakan informasi dan berita. Media massa bisa dijadikan medium untuk meningkatkan kecerdasan maupun mengedukasi masyarakat luas.
“Dalam beberapa kasus justru media arus utama juga terjebak dengan hoax seperti beberapa pemberitaan yang dilaporkan ke Dewan Pers,”katanya.
Padahal, media mempunyai tugas serta tanggungjawab untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme.
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bengkulu yang menggagas kegiatan itu juga turut menghadirkan Anggota DPD asal pemilihan Bengkulu, Eni Khairani.
Eni mengatakan bahwa media sosial merupakan wadah yang sangat efektif untuk teroris serta radikalis guna mencuci otak para generasi muda.
"Literasi perlu ditingkatkan untuk menangkal paham ideologi sesat dan pemerintah juga sudah meningkatkan pengawasan konten berbahaya," tuturnya.
Seminar yang menghadirkan seratusan jurnalis media televisi, radio, daring (online) serta cetak juga memberikan kesempatan pada peserta untuk berdialog dengan pembicara.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo