tirto.id - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) meminta kepada seluruh orang tua agar jangan melibatkan anak dalam aksi demonstrasi yang saat ini tengah berlangsung di Jayapura, Papua dan Manokwari, Papua Barat.
"Sebenarnya kan karena, anak ini bukan objek politik gitu ya. Dan mereka sebenarnya kan seperti kertas putih. Jadi apa yang diajarkan kepada mereka kemudian itu lah yang akan mereka pahami," ujar Sekretaris Kemen PPPA, Pribudiarta Nur Sitepu di Kantornya, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2019).
Menurut dia, tak hanya dalam kegiatan demonstrasi, dalam isu-isu yang terkait dengan tindakan kekerasan, penting sekali untuk tidak melibatkan anak-anak.
"Bahkan, kalau misalnya mereka terpaksa berada di situ, itu sebenarnya harus segera direhabilitasi," ucap dia.
Anak-anak, kata dia, memiliki sifat peniru. Apalagi jika hal yang ditirunya itu adalah tindak kekerasan.
Ia melanjutkan, jika mereka melihat orang terdekat seperti orang tua, teman sepermainan, maupun kelompoknya melakukan tindak kekerasan, maka akan berasumsi bahwa cara tersebut merupakan sebuah solusi.
"Ini yang berbahaya sebenarnya buat anak. Karena itulah kemudian kita punya harapan besar agar anak-anak itu tidak dilibatkan dalam proses-proses politik. Apalagi demonstrasi dan seterusnya itu tadi," tutur dia.
"Bisa jadi dia [anak] jadi korban. Bisa jadi dia jdi peniru. Dan menganggap bahwa itu yang benar. Apalagi mereka juga bisa jadi korban kekerasan," kata dia.
Aksi massa di Manokwari, Papua Barat berlangsung Senin (19/8/2019) sejak pukul 08.00 WIT. Sejumlah jalan protokol di Manokwari diblokir massa. Mereka juga membakar gedung DPRD Papua Barat.
Aksi serupa juga digelar di Jayapura, Provinsi Papua yang berjalan kondusif. Massa yang turun ke jalan ini ini sebagai respons atas persekusi mahasiswa asal Papua yang berada di Surabaya, Malang, dan Semarang.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali