tirto.id - Dirut Defend ID, Bobby Rasyidin, mengatakan Defend ID telah mengembangkan keamanan digital atau cyber security di TNI dan Kementerian Pertahanan. Namun teknologi yang dikembangkan bukan pada IT, melainkan teknologi network centric warfare atau NCW.
"Jadi, threat-nya itu kalau dari dunia IT itu threat-nya itu adalah virus, kemudian threat-nya itu adalah seperti yang kemarin itu ya, ransomware, kemudian hacker. Nah, kalau di kami ini, threat-nya itu, itu lebih banyak warfare (perang)," kata Bobby di Jakarta, Senin (1/7/2024).
Anak usaha Defend ID, PT Pindad nantinya akan membangun sistem manajemen pertempuran dan alat pertempuran lain seperti GCM (generalized combat manuver) dan electronic support measure (ESM).
"Itu kami kembangkan, dan dalam satu tahun ke depan, sudah ada beberapa platform, baik platform udara, platform darat, atau pun platform laut, yang kita, nanti akan punya sistem itu," kata Bobby.
Bobby yang juga Dirut PT LEN mencontohkan, aksi Rusia menyerang Ukraina diawali dengan mengganggu sinyal semua aplikasi mata Ukraina. Kegiatan mengganggu sinyal tersebut bisa ditangani oleh aplikasi. Rusia kala itu menyerang dengan ESM.
Ia pun mengatakan, Defend ID telah mengembangkan aplikasi pencegah serangan gangguan sinyal tersebut atau electronic counter measure (ECM) selain ikut mengembangkan ESM.
"Nah, kami ini mengembangkan anti-nya. Jadi, selain kami mengembangkan yang namanya electronic warfare-nya, kami juga mengembangkan counter-nya, counter-measure nya," kata Bobby.
Ia menambahkan, Defend ID akan mengembangkan tidak hanya upaya penanggulangan, tetapi juga kebutuhan IT. Mereka juga mulai mengembangkan set dari data link, sistem pertempuran hingga sistem manajemen pertempuran.
Upaya serangan siber menjadi perbincangan publik setelah pusat data nasional sementara yang dikelola Kominfo mengalami gangguan akibat Ransomware LockBit 3.0. Aplikasi ini mengunci data-data pemerintah dan pihak pengunci data meminta tebusan hingga 8 miliar dollar AS jika ingin layanan kembali pulih.
Sejumlah layanan pun terdampak akibat kerusakan sistem tersebut antara lain gangguan pelayanan imigrasi, gangguan penerimaan beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah, hingga hilangnya data sejumlah kementerian dan lembaga.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Anggun P Situmorang