tirto.id - Debat perdana Pilpres 2019 antara pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan digelar nanti malam, Kamis, 17 Januari 2019. Debat yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan ini akan mengangkat tema soal hukum, HAM, korupsi, dan terorisme.
Masyarakat akan menyaksikan bagaimana setiap kandidat menjawab sejumlah pertanyaan yang disiapkan para panelis: Bagir Manan, Hikmahanto Juwana, Agus Rahardjo, Ahmad Taufan Damanik, Bivitri Susanti, dan Margarito Kamis.
Dalam debat ini, publik akan melihat kembali pertarungan antara dua calon presiden, yakni Jokowi dan Prabowo yang pernah tampil pada Pilpres 2014.
Meski pernah bertarung dalam ajang debat pada pilpres sebelumnya, Direktur Populi Center Usep S Ahyar menilai akan ada perbedaan dalam pertarungan debat nanti malam.
Sebab, kata Usep, posisi Jokowi dan Prabowo setara pada Pilpres 2014, sementara saat ini Jokowi menyandang status sebagai petahana dan Prabowo sebagai penantang atau oposisi yang kerap mengkritik setiap kebijakan pemerintah yang dianggapnya gagal.
“Kalau soal substansi, relatif sudah bisa meraba ya. Kalau dari sisi petahana akan perlihatkan keberhasilan program, penantang pasti akan mengkritik,” kata Usep kepada reporter Tirto, Kamis (17/1/2019).
Usep menilai, baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama memiliki celah untuk menyerang dan diserang. Soal HAM misalnya, Usep memperkirakan Jokowi menjadikan isu itu sebagai celah untuk menyerang Prabowo, terutama soal kerusuhan pada reformasi 1998.
Kata Usep, mantan Danjen Kopassus itu sebaiknya bisa menjawab persoalan ini dengan lengkap dan jelas. Namun, Usep memprediksi jawabannya sama dengan yang pernah disampaikan Prabowo pada Pilpres 2014.
Bila Jokowi menyerang Prabowo tentang persoalan HAM di masa lalu, kata Usep, hal menarik akan terjadi bila Prabowo menyerang balik Jokowi dengan mempertanyakan penyelesaian masalah-masalah hukum dan HAM selama hampir lima tahun kepemimpinan Jokowi.
Sebaliknya, kata Usep, Prabowo diperkirakan menyerang Jokowi tentang maraknya tuduhan upaya kriminalisasi ulama dan kelanjutan penanganan kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan.
Selain itu, kata Usep, masalah-masalah hukum yang kerap dianggap Prabowo dan kubunya tumpul ke bawah di kepemimpinan Jokowi juga akan menjadi senjata oposisi.
“Pidato Prabowo kemarin itu sebenarnya, kan, menyerang Jokowi," kata Usep.
Meski demikian, Usep menilai, saling sindir dalam debat perdana ini tidak akan terlalu terlihat. Walaupun kedua paslon tetap mengajukan sejumlah pertanyaan yang “menyerang”, tapi akan disampaikan dalam bahasa yang halus dan tidak selugas saat keduanya tidak saling berhadapan.
“Karena orang itu ketika bicara di belakang dengan langsung di depan orangnya, akan lain. Ya itu alamiah,” kata Usep.
Menurut Usep, kedua paslon kemungkinan mengedepankan retorika sebaik mungkin agar mereka tidak terlalu terlihat menyerang ke personal.
Selain itu, kata Usep, acara debat yang disiarkan langsung di televisi dan ditonton publik juga menjadi alasan kedua pasangan ini untuk mengontrol emosi dan menjaga penampilan. Ini dilakukan, kata Usep, untuk menjaga elektabilitas masing-masing.
“Debat itu tak hanya substansi, tetapi juga harus dinilai utuh. Tak hanya substansi, tetapi juga penampilan, gesture, tata bahasa,” kata Usep.
Dua Paslon Sudah Siap Bila Ada Serangan
Pada debat kali ini, kubu Jokowi-Ma'ruf mengklaim tak akan menyerang ke ranah personal. Namun, tak menutup kemungkinan akan menyinggung kebijakan yang perlu diambil Prabowo-Sandiaga Uno dalam menyelesaikan persoalan dugaan pelanggaran HAM berat pada 1998.
“Tentu tergantung situasinya. Yang jelas koridornya tidak masuk ranah personal,” kata Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani saat dihubungi reporter Tirto.
Sementara, dari kubu Prabowo-Sandiaga mengatakan jagoannya telah menyiapkan sejumlah pertanyaan untuk menyerang Jokowi-Ma'ruf. Prinsipnya, pertanyaan ini akan dikeluarkan Prabowo-Sandiaga bila Jokowi-Ma'ruf menyerang lebih dulu.
“Kalau nanti ada pertanyaan yang menyerang, tentu kami juga akan membalas dengan pertanyaan menyerang, yang mengejutkan Jokowi-Ma'ruf,” kata Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean kepada reporter Tirto.
Namun, Ferdinand merahasiakan pertanyaan yang akan diajukan Prabowo-Sandi ini. Yang jelas, kata Ferdinand, Prabowo siap menjawab pertanyaan mengenai persoalan HAM pada 1998.
“Kami sudah siapkan jawabannya, enggak ada masalah, siap jawab bahkan Pak Prabowo siap buka-bukaan terkait itu,” kata Ferdinand.
Ma'ruf Amin vs Sandiaga
Debat kali ini juga merupakan ajang perdana bagi cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin. Berbeda dengan cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno yang pernah mengikuti ajang debat pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu.
Menurut Usep, sebagian besar masyarakat menantikan penampilan ketua umum nonaktif MUI itu dalam ajang debat. Usep berkata, publik akan melihat apakah ada perbedaan yang menonjol dari semua kandidat, terutama antara Ma'ruf dan Sandiaga sebagai sesama calon wakil presiden.
Usep menilai, sebagai ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Ma'ruf Amin memiliki banyak pengalaman di segala bidang, terutama tentang agama. Namun, kata Usep, soal kenegaraan dan pemerintahan, kemampuan Ma'ruf akan diuji dalam debat pertama ini.
“Menurut saya akan jadi kejutan sendiri. Orang akan menunggu apakah akan jadi nilai plus bagi Pak Ma'ruf atau tidak, kita lihat nanti,” kata Usep.
Sebaliknya, kata Usep, Sandiaga akan terlihat biasa saja dalam debat pertama ini, terlebih tema dalam debat pertama ini bukan bidang yang dikuasai Sandiaga.
Kasus korupsi PT Duta Graha Indah (PT DGI) yang disinggung kubu Jokowi-Ma'ruf akan dibawa ke dalam debat nanti malam, kata Usep, akan dijawab secara normatif oleh mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.
Saat Sandiaga menjabat komisaris, PT DGI menggarap pembangunan Wisma Atlet Palembang dan alat kesehatan Rumah Sakit Universitas Udayana. Sandiaga bahkan sempat bersaksi bagi terdakwa Dudung Purwadi, mantan Direktur Utama PT DGI.
“Dugaan saya akan normatif saja, tema debat nanti malam bukan materi yang dikuasainya. Saya kira Sandi lebih diandalkan pada tema-tema ekonomi,” kata Usep.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Abdul Aziz