tirto.id - General Manager De Arca Statue Museum Yogyakarta, Delta menyatakan tak ada maksud tertentu di balik pemajangan patung Adolf Hitler di museum tersebut. Bahkan, ia mengaku tak mempertimbangkan soal sejarah kelam masa kepemimpinan Hitler di Jerman.
"Kami tidak secara khusus memasang patung Hitler, banyak tokoh lain. Sifatnya wahana wisata hiburan berfoto dengan patung-patung, kami menampilkan edukasinya, sifatnya adalah edutainment. Jadi kami tidak ada bayangan itu akan melukai atau menyinggung atau apa. Karena sejak patung itu dipajang dari tahun 2014 tidak ada kontroversi," kata Delta kepada Tirto di Yogyakarta, Senin (13/11/2017).
Ia melanjutkan, tidak ada seleksi atau kriteria dari tokoh tertentu supaya bisa dibuat patung dan dipajang di museum De Arca. Berdasarkan pengamatan reporter Tirto, tak hanya tokoh nasional seperti presiden atau pemimpin negara saja yang dipajang, tapi juga artis, pemain sepak bola, pembalap, hingga karakter superhero seperti Iron Man dan Captain America.
Delta pun mengakui bahwa bukan sekali saja terjadi kontroversi terhadap pemajangan patung dari tokoh tertentu. Beberapa waktu lalu, pihaknya sempat diprotes karena memajang sosok mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Ahok misalnya, beliau sebagai [mantan] pemimpin di Jakarta, ada yang suka ada yang tidak suka, semua orang ada sisi baik dan buruknya, tinggal orang beranggapan bagaimana," kata Delta.
Saat ini patung Hitler yang kontroversial tersebut sudah dicabut dan disimpan oleh pihak museum demi kebaikan bersama. "Tepatnya hari Jumat [10/11/2017], patung tersebut sudah kami simpan untuk menjaga dari berbagai kepentingan, apalagi ini menyangkut hubungan antarnegara," ujarnya.
Delta mengakui selama ini tidak ada protes dari pengunjung dan belum ada surat resmi atau panggilan dari pihak yang kontra terhadap pemajangan patung tersebut. Meski begitu, karena berita yang sudah viral di media sosial dan sampai ke dunia internasional maka pihaknya segera mencabut patung yang dibuat oleh seniman Purjito itu.
"Kami memajangnya karena Hitler adalah tokoh dunia saja. Kami tidak ada pertimbangan itu [menyinggung atau menyakiti] tidak ada," katanya.
Terkait permintaan maaf dari pihak museum, Delta mengatakan hal itu sudah dilakukan dalam bentuk pencabutan patung. "Saya merasa kesalahan kami di mana untuk kita meminta maaf, dengan menurunkan patung itu sudah mencerminkan niat baik kami."
Patung Hitler sudah dipajang di museum itu sejak 2014. Hitler diwujudkan dalam bentuk patung sedang berdiri dengan latar belakang pemandangan gerbang kamp konsentrasi Auschwitz. Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan orang-orang tersenyum saat mereka berpose dengan pemimpin Nazi itu.
Aspek "hiburan" yang ingin ditonjolkan dari pemajangan patung itu sudah menjadi kontroversi di kalangan sejarawan dan aktivis sejak lama. Sejumlah sejarawan menilai bahwa tokoh dengan kekejaman di masa lalu yang dijadikan karakter kartun atau patung dengan segala aspek hiburannya adalah sama saja mengulang kekelaman sejarah.
"Segala sesuatu tentang itu [pemajangan patung Hitler] adalah salah. Sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan betapa hinanya tindakan itu," kata Ketua Simon Wiesenthal Center, Rabbi Abraham Cooper kepada Associated Press.
Simon Wiesenthal Center merupakan organisasi hak asasi manusia Yahudi, yang mengkampanyekan perlawanan terhadap anti-semit dan Holocaust.
"Latar belakangnya [gerbang kamp konsentrasi Auschwitz] menjijikkan. Ini mengolok-olok korban yang masuk dan tidak pernah keluar," kata Cooper.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra