tirto.id - Barangkali, salah satu karakter mencolok dalam kepribadian masyarakat Indonesia adalah kalem. Tenang.
Tinggal di wilayah kepulauan sekaligus jalur cincin-api, masyarakat negeri ini seolah-olah sudah “terbiasa” menghadapi macam-macam bencana: mulai dari gunung meletus hingga gempa bumi, banjir bandang hingga tsunami. Ketahanan mental dan solidaritas, kemampuan menyelesaikan masalah dan tuntutan memperbaiki keadaan, seakan-akan telah menjadi santapan bangsa kita sehari-hari.
Tapi, boleh jadi, kebiasaan menghadapi bencana semacam itu pula yang kemudian menyebabkan (disadari atau tidak) kesigapan menghadapi virus Corona kala muncul di Tiongkok pada akhir tahun lalu, kemudian merangsak memasuki Asia Tenggara dua bulan berikutnya, dirasa cukup kurang.
“Kami tidak menyangka virus ini punya daya guncang seperti sekarang. Saat SARS melanda, bagi kita, wabah itu tak terlalu berdampak,” kata Kepala Operasi dan Pelunasan PT Trimegah Asset Management, Vega Henrietta.
Perusahaan tempat Vega bekerja bergerak di bidang pengelolaan dana. Dalam situasi sulit menghadapi pandemi, seperti banyak perusahaan lain, perusahaan ini juga dituntut untuk menyelamatkan karyawan sekaligus nasabahnya. Kesehatan karyawan adalah yang utama, namun kepercayaan publik dan layanan terbaik juga tak luput dipertaruhkan.
“Sejak pertengahan Maret, sesuai anjuran pemerintah, kami mengambil tindakan sigap dengan menginstruksikan para staf agar bekerja dari rumah. Tentu saja ini bukan perkara mudah,” sambung Vega.
Bagi perusahaan sebesar PT Trimegah Asset Management, yang mengelola dana nasabah hingga kisaran 20 triliun rupiah sebelum pandemi, perhatian tidak hanya ditujukan bagi baik-buruknya koneksi internet di rumah para karyawan, namun juga platform kerja dan sistem IT yang benar-benar harus bisa diandalkan.
Dalam keadaan normal, kertas kerja, surat perjanjian, dan dokumen-dokumen sejenisnya dapat dikirim via mesin fax jika salinan fisiknya tidak ada. Tentu saja hal tersebut sulit dilakukan sebab saat ini segala aktivitas hanya dilakukan dari rumah.
Namun demikian, Vega menegaskan, pihaknya tetap memberikan layanan sempurna untuk para mitra.
"Kami meyakinkan klien-klien bahwa pekerjaan akan tetap berjalan mulus karena kami memiliki dukungan IT dan vendor yang sangat baik. Kami juga berkoordinasi langsung dengan bank kustodian kami, Bank DBS, serta dengan para pialang dan Bursa Efek Indonesia," tambahnya.
Dan seolah terhubung oleh chemistry yang kuat, pada saat bersamaan Bank DBS sendiri telah mengoptimalisasi layanannya demi mendukung kelancaran bisnis para stakeholder. Salah satunya lewat DBS IDEAL, satu dari sekian solusi digital yang dirancang untuk membantu basis investor institusional untuk mentransformasikan operasi finansial mereka menjadi digital.
Dengan kata lain, ini adalah solusi sempurna untuk orang-orang seperti Vega Henrietta.
Wujud Akselerasi Teknologi
"Kebanyakan nasabah kami sudah memiliki platform digital ini, tapi hanya menggunakannya untuk hal-hal dasar seperti memeriksa saldo rekening. Mereka belum memanfaatkan seluruh fungsinya," ujar Relationship Manager Bank DBS Indonesia, Michael Sidarta.
Michael menjelaskan, ketika awal Maret pemerintah membunyikan alarm agar setiap orang bersiap melakukan segala aktivitas dari rumah, pihaknya segera menghubungi para nasabah agar menggunakan fitur-fitur DBS IDEAL yang lebih canggih.
Dalam situasi darurat begini, setiap orang berlomba dengan waktu. Dan karena nasabah pun perlu sesegera mungkin mahir mengoperasikan platform digital DBS IDEAL ini, tim DBS segera memusatkan perhatian pada kebutuhan mereka secara spesifik, misal dalam soal mengotentikasikan transaksi digital. Tim juga menyediakan layanan cepat tanggap yang tersedia 24 jam selama 7 hari untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
"Lewat platform digital ini, semuanya kami berikan demi kenyamanan pelanggan. Dalam waktu hanya dua minggu, kami punya tim pendukung yang membantu setiap orang untuk menjalankan DBS IDEAL dengan lebih percaya diri sesuai dengan kebutuhan mereka,” beber Michael.
Solusi konkrit: lewat platform digital ini Vega Henrietta dan lain-lain tak perlu lagi mengotentikasi transaksi mereka lewat dokumen cetak bertandatangan.
Menariknya, DBS IDEAL tidak hanya bisa diakses via mobile atau desktop, namun juga tablet. Dengan keamanan yang terjamin, platform digital ini, sebagaimana disampaikan Michael, berfungsi untuk memantau dana masuk, melihat pemberitahuan pengiriman uang, mengakses laporan, hingga membuat pembayaran.
Pandemi, kita tahu, boleh jadi telah menjadi semacam katastrofe, yakni malapetaka besar yang datang secara tiba-tiba; atau perubahan cepat dan mendadak pada permukaan bumi.
Namun bukan dalam konteks bencana besar yang sifatnya fisik (misal: ledakan Tambora pada 1815 yang berdampak terhadap naiknya suhu bumi) perubahan mendadak itu sekarang terjadi. Pandemi Covid-19 telah mempercepat disrupsi di banyak bidang dan menuntut orang-orang untuk mengakselerasi teknologi dalam tempo sesingkat-singkatnya—lepas dari fakta sekalem dan se-santai apa pun orang Indonesia.
"Sekarang, kami mendapati bahwa bekerja dari rumah sudah bisa jadi sebuah solusi jika pada masa yang akan datang kita terpaksa menghadapi situasi yang membuat kita tak bisa ke kantor," kata Vega Henrietta.
"DBS IDEAL kini dapat membantu kami memantau transaksi dan menjalankan persetujuan harian kami," sambungnya.
Singkatnya, DBS IDEAL membuat urusan perbankan menjadi lebih mudah sebab sudah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, sehingga Anda tinggal fokus pada hal yang sangat penting, yakni menjalankan bisnis sebaik mungkin, apa pun keadaannya.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis