Menuju konten utama

DBD di Sumsel Capai 1.542 Kasus, Tiga Meninggal Dunia

DBD di Sumatera Selatan capai 1.542 kasus dalam tiga bulan, dan tiga di antaranya meninggal dunia. 

DBD di Sumsel Capai 1.542 Kasus, Tiga Meninggal Dunia
Petugas Puskesmas Kebayoran Lama melakukan "fogging" atau pengasapan di kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (20/2/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/wsj.

tirto.id - Kasus Demam Berdarah Dengue di Provinsi Sumatera Selatan selama periode Januari - Maret 2020 mencapai 1.542 dan tiga diantaranya meninggal dunia.

Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Sumsel Muyono, Rabu mengatakan bahwa meski sudah tembus lebih dari 1.500 kasus, penambahan pasien setiap bulan menunjukkan tren penurunan.

"Pada Januari ada 623 kasus, Februari 554 kasus, Maret 365 kasus. Jadi setiap bulan terus menurun," ujar Muyono, sebagaimana dilansir Antara.

Kasus DBD yang mencapai 1.542 pada Januari - Maret 2020 juga tercatat menurun jika dibandingkan periode yang sama pada 2019 dengan 1.683 kasus.

Sementara kasus DBD sejak 1 Januari - 6 April 2020 mencapai 1.561 kasus. Kasus paling banyak berada di Kota Palembang dengan 316 kasus dan Prabumulih 207 kasus.

Kasus terbanyak selanjutnya adalah Kabupaten Muara Enim (157 kasus), Musi Banyuasin (151 kasus), Banyuasin (147 kasus), Kota Lubuklinggau (102 kasus), Lahat (92 kasus), dan Ogan Komering Ulu Timur (79 kasus).

Kemudian Ogan Ilir (68 kasus), Ogan Komering Ilir (65), Pagaralam (42), Musi Rawas (37 kasus), Penukal Abab Lematang Ilir (37 kasus), Muratara (24 kasus), Ogan Komering Ulu Selatan (21 kasus), Ogan Komering Ulu (4 kasus) dan Empat Lawang (4 kasus).

Sementara tiga kasus meninggal berasal dari Kabupaten Banyuasin, Muratara dan Musi Rawas. Ketiganya adalah anak-anak, karena mereka terlambat dibawa ke rumah sakit.

"Kami berharap kasusnya terus turun, karena di Sumsel puncak DBD biasanya bulan Januari, sehingga kami tetap waspada," tambah Muyono.

Ia menegaskan bahwa penanganan terhadap kasus DBD tetap maksimal, meski seluruh unit pelayanan kesehatan di Sumsel sedang sibuk menangani wabah COVID-19.

Selain itu, upaya-upaya pencegahan masih terus disosialisasikan kepada masyarakat terkait Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta langkah 3 M (menguras, mengubur dan menutup).

Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI pada Selasa (7/4/2020) kemarin mengimbau masyarakat agar mewaspadai koinfeksi atau infeksi simultan oleh dua virus akibat terpapar COVID-19 dengan Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Kalau sekarang laporannya memang belum ada, tapi kita wajib waspada," kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (7/4/2020).

Beberapa waktu lalu di Sukabumi, Jawa Barat sempat ada berita seorang anak terkena DBD sekaligus positif COVID-19. Namun setelah Kemenkes mengonfirmasi kebenarannya ternyata hanya dugaan saja sebab bukan hasil swab.

"Sampai sekarang laporan resmi belum, kita tidak tahu apakah nanti pemeriksaannya sudah lebih banyak akan lebih bisa melihat data," ujar Nadia. Untuk mewaspadai koinfeksi tersebut, Kemenkes telah meminta seluruh rumah sakit agar melaporkan apabila ada temuan pasien DBD sekaligus positif COVID-19.

Ia mengatakan seseorang bisa terserang DBD namun tanpa sadar sebenarnya sudah terinfeksi COVID-19. Apalagi, masa sebelum muncul gejala virus corona lebih panjang yaitu mencapai 14 hari. "Karena ada informasi dari Singapura bahwa DBD itu bisa menyebabkan false positive COVID-19," katanya.

Baca juga artikel terkait DBD atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH