tirto.id - Dinas Perhubungan DKI Jakarta masih mengkaji perubahan formasi tempat duduk angkutan umum program OK-Otrip (One Karcis-One Trip) yang diusulkan Organisasi Angkutan Darat (Organda). Rencananya, Dishubtrans bakal memperioritaskan pemasangan Air Conditioner (AC) ketimbang formasi tempat duduk yang dianggap lebih realistis bisa dilakukan pada 2018.
Sigit Wijatmoko, Wakil Kepala Dishubtrans DKI Jakarta menjelaskan realisasi pemasangan AC itu mengacu pada ketentuan Sistem Pelayanan Minimal (SMP) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2015. Apalagi, kata dia, setelah peraturan Menhub itu diterbitkan tiga tahun lalu, seluruh Angkutan Umum yang ada di Jakarta sudah wajib menggunakan AC.
"Kami masih bahas, tapi ada yang prioritas, ada yang belum jadi prioritas," ujar Sigit melalui sambungan telepon kepada Tirto, Jumat (8/12/2017).
Ia menegaskan, pertimbangan lebih memprioritaskan pemasangan AC untuk mengejar target 60 persen pengguna transportasi publik di Jakarta pada 2030. "Kalau tahun ini baru 10-12 persen pengguna transportasi publiknya," tuturnya.
Pemasangan AC, kata Sigit, lebih realistis ketimbang mengubah tempat duduk angkot yang dinilai akan berdampak pada kapasitas penumpang.
"Memang ada pertimbangan kalau tempatnya diubah kan lebih nyaman. Kalau berhadapan-hadapan kurang enak buat penumpang. Tapi kan ada dampak ke kapasitas. juga," kata Sigit.
Di tempat terpisah, Wakil Gubenur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan usulan itu sudah disampaikan kepada Dishubtrans untuk segera dibahas. Sandi menjelaskan, rencana itu harus terealisasi karena program OK-OTrip yang ia gaungkan sejak kampanye itu diklaim bisa mengubah pola masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi publik.
"Saya ingin memanusiakan para penumpang angkutan umum dan salah satunya adalah forward facing," ujar Sandi.
Ketua Organda DKI Shafruhan Sinungan mengakui bahwa mengubah formasi tempat duduk bakal membutuhkan waktu karena penerapannya akan berimbas pada tingkat keterangkutan penumpang. Dengan pengaturan tempat duduk yang baru, menurut Shafruhan, kapasitas penumpang dapat berkurang dan jumlah angkot yang ada harus bertambah sehingga bakal menimbulkan masalah baru.
"Pertanyaannya ini kan ada dua: apakah kita akan tetap mempertahankan kuantitas atau kualitas. Kalau menurut saya, pertama yang harus kita benahi adalah kualitas layanan,"ujar Shafruhan.
Karena itu lah, ia menyebut bahwa perubahan-perubahan itu harus dilakukan bertahap dan memakan waktu yang tidak sebentar. "Apalagi program OK-OTrip ini kan tidak bisa diukur dengan hitungan hari kerja kalau semua penataan baik sarananya maupun sumber daya manusianya," kata Shafruhan menegaskan.
Penulis: Mufti Sholih
Editor: Mufti Sholih