tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ingin meningkatkan aspek jaminan sosial bagi tenaga kerja di ibukota. Menurut Anies, peningkatan aspek jaminan sosial dapat menciptakan kesejahteraan yang lebih baik dan seimbang dalam iklim ketenagakerjaan di DKI Jakarta.
“Seperti tadi disampaikan Pak Menteri (Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri), ekosistem harus diperbaiki sehingga baik pemerintah, pekerja, maupun dunia usaha itu hubungannya bisa lebih baik,” kata Anies saat ditemui seusai acara Penganugerahan Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (INTEGRA) 2018 di Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta pada Senin (19/11/2018).
Lebih lanjut, Anies mengungkapkan bahwa langkah yang digagasnya itu agar hubungan tripartit bisa terus harmonis. Salah satunya dengan menekankan pada distribusi atas nilai tambah dari kegiatan ekonomi, sehingga hasilnya bisa jadi lebih merata dan seimbang. Cara seperti itulah yang diyakini Anies dapat menciptakan iklim ketenagakerjaan yang lebih baik.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri baru memperoleh empat penghargaan dari Kementerian Ketenagakerjaan dalam acara penganugerahan itu. Keempat penghargaan itu diraih berdasarkan indikator kesempatan kerja terbaik, produktivitas tenaga kerja terbaik, indikator urusan ketenagakerjaan terbaik, dan indikator jaminan sosial tenaga kerja terbaik.
Masih dalam kesempatan yang sama, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri sempat mengingatkan agar para kepala daerah sadar terhadap tantangan besar yang dihadapi iklim ketenagakerjaan saat ini. Salah satu aspek yang menjadi sorotannya yaitu perkembangan teknologi yang bergerak secara cepat dan masif.
“Itu tidak hanya mengubah kebiasaan, tapi juga industri yang berkontribusi terhadap perekonomian. Kalau industri tidak berubah, tidak siap, maka tidak akan bisa bertahan,” ujar Hanif.
Tak hanya dari segi teknologi yang dinilai dapat menggeser posisi tenaga manusia, Hanif juga menyinggung tentang keahlian manusia yang harus ikut berubah. Perubahan itu tak lain dikarenakan penggunaan teknologi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Ia mengindikasikan bahwa keahlian yang bisa bertahan di zaman sekarang tentu yang sifatnya relevan dengan perkembangan teknologi.
“Kalau ada yang punya pengetahuan saat ini, itu tidak aman. Karena akan terdisrupsi dengan pengetahuan baru dan keahlian yang baru. Perubahan yang cepat membuat keahlian harus berubah dan bertambah dengan cepat,” ungkap Hanif.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto