tirto.id - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menjelaskan alasannya selama ini terlihat tak banyak berbicara di hadapan publik selama menjabat. Dirinya menyadari ada sejumlah pihak yang mengkritik dirinya kurang atraktif di hadapan publik selama dalam pemerintahan.
Ma'ruf Amin menerangkan bahwa dirinya bukan tipikal orang yang suka terlihat dalam bekerja.
“Mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa saya tidak begitu banyak mengambil peran, misalnya itu dengan cara-cara sebagai wakil presiden yang tampil lebih atraktif, saya memang bukan tipe seperti itu,” kata Ma'ruf Amin dalam acara buka puasa bersama wartawan di rumah dinasnya di Jakarta Pusat, Senin (1/3/2024).
Dalam bekerja, Ma'ruf Amin mengaku tahu diri dalam menempatkan posisi sebagai wakil. Dirinya berusaha menjaga harmoni dan irama kerja yang bisa saling melengkapi dengan Presiden Joko Widodo.
“Bagaimana kita menjaga harmoni di antara kedua pasangan. Dulu saya suka main badminton, jadi saya tahu bagaimana badminton yang baik itu, ketika pasangan ini bisa menempatkan posisinya,” kata dia.
Dia memberi ilustrasi dengan permainan bulu tangkis ganda yang kedua pemainnya tidak akan bermain dalam garis sama, namun saling menjaga pertahanan di depan dan belakang.
“Kalau pasangan itu ada di depan, tentu kita harus ke belakang, supaya kalau ada bola (shuttlecock) yang dilempar ke belakang harus ada [yang menerima]. Kalau dia berada di posisi kanan, kita harus di posisi kiri, kalau dia di posisi kiri, kita di posisi kanan, sehingga tidak terjadi benturan,” kata Ma'ruf Amin.
Dia berpendapat bahwa pola kerja yang terlihat diam di hadapan publik dipertahankan olehnya untuk meredam potensi konflik atau gesekan saat bekerja. Yang terpenting baginya, presiden dan wapres masing-masing saling mengambil peran dan posisi sesuai dengan tugas-tugas yang dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan.
“Itu saya kira yang saya jaga, bagaimana pemerintahan ini berjalan dengan baik. Adanya saling pengertian, jangan sampai ada misunderstanding, sehingga terjadi konflik antara presiden dan wapres,” kata Ma'ruf Amin.
Dia berharap dapat berakhir dari jabatannya dengan khusnul khotimah atau memiliki akhir yang baik. Salah satu indikasinya adalah proses transisi kepemimpinan dari dia dan Jokowi ke pemimpin berikutnya dapat berjalan dengan lancar.
“Oleh karena itu, saya berharap bahwa saya dengan Pak Jokowi berakhir dengan husnul khotimah. Nah itu yang penting, bahwasanya tentu ada yang tercapai, ada yang tidak tercapai, saya kira itu sudah menjadi kelaziman,” kata Ma'ruf.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Anggun P Situmorang