tirto.id - PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat kerugian Rp1,35 triliun pada semester I 2020. Kinerja itu memburuk dari kinerja di periode yang sama di tahun 2019 yang masih mencatatkan laba Rp1,21 triliun.
Rugi PT KAI per kuartal II (Q2) 2020 ini disebabkan oleh turunnya pendapatan perseroan. Pendapatan PT KAI per 30 Juni 2020 secara keseluruhan hanya mencapai Rp7,41 triliun turun atau minus 38,9 persen dari periode yang sama di tahun 2019 dengan capaian Rp12,13 triliun.
Secara lebih rinci turunnya pendapatan dialami pada pos pendapatan angkutan dan usaha lainnya. Nilainya hanya mencapai Rp7,27 triliun atau turun minus 32 persen dari tahun 2019 yang mencapai Rp10,7 triliun.
Pendapatan kedua yang mengalami penurunan adalah yang bersumber dari konstruksi. Nilainya pada Juni 2020 hanya Rp137 miliar turun atau minus 90,4 persen dari periode yang sama di 2019 dengan kisaran Rp1,43 triliun.
Kinerja keuangan PT KAI ini jelas memburuk dari posisi Q1 2020. Waktu itu PT KAI sudah mencatatkan kerugian Rp92 miliar dan berkebalikan dengan situasi Maret 2019 yang masih untung Rp91 miliar.
Tren rugi pertama kali baru terlihat di Maret 2020. Pada Januari-Februari 2020, PT KAI masih laba Rp226 miliar dan Rp143 miliar sehingga akumulatif Januari-Maret 2020, PT KAI masih memiliki laba Rp282 miliar.
Kerugian ini menurut Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro bakal membengkak jika pandemi COVID-19 tak kunjung berakhir sampai Juni 2020. Dengan pertambahan kasus COVID-19 per hari yang mencapai 1.000-an kasus, kekhawatiran Edi benar-benar terjadi.
“Kalau akhir pandemi ini di bulan Juni 2020, maka kami rugi. Agustus 2020, lebih besar meruginya, begitu juga Desember,” ucap Edi dalam rapat dengar pendapat Komisi VI virtual DPR RI, Rabu (29/4/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Reja Hidayat