tirto.id - Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian menilai, alasan India menyetop ekspor beras ke negara lain disebabkan oleh El Nino. Anomali cuaca ini disebut telah mengganggu produksi pangan di India sehingga mereka mengamankan cadangan pangannya terlebih dulu.
"Karena El Nino tersebut mengganggu produksi pangan di India. Pemerintah melarang ekspor beras karena untuk mengamankan cadangan pangan mereka terlebih dahulu, mengingat tahun depan mereka pemilu juga, ya. Jadi, sangat amat penting menjaga stabilitas dalam negeri mereka," ucap Eliza saat dihubungi Tirto, Minggu (23/7/2023).
Adanya El Nino menurut Eliza, membuat ketersediaan air di India menjadi berkurang. Namun, sekalipun India mengalami hujan, hujan tersebut sangat lebat dan berpotensi merusak tanaman pangan di sana.
Selain itu, Eliza menjelaskan dengan disetopnya ekspor beras dari India maka hal tersebut akan mengurangi volume beras yang diperdagangkan. Apalagi, jika Vietnam dan Thailand melakukan kebijakan serupa, sudah dapat dipastikan mengerek harga komoditas yang satu ini.
Kekinian, India merupakan penyumbang ekspor terbesar beras di dunia. Ketika disetop, hal ini akan mempengaruhi harga pangan di negara lain.
"India yang menyumbang hampir 40% ekspor beras dunia tentu akan memmpengaruhi harga pangan negara lain terutama di Asia dan Afrika saat India menerapkan pelarangan impor," ungkapnya.
Eliza menyebut, Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan produksi beras akibat adanya El Nino ini. Dan pemerintah diminta waspada dalam menghadapi anomali cuaca tersebut.
"Indonesia diperkirakan mengalami penurunan produksi beras akibat El Nino namun besaran penurunannya belum dapat dipastikan. Sebaiknya pemerintah tetap waspada terhadap gejolak pangan global," jelasnya.
Eliza berharap, pemerintah dapat mengambil langkah preventif demi menghindari adanya gejolak pangan di dalam negeri, serta bisa mengoptimalkan alternatif pangan lokal.
"Selama ini inovasi dan hilirisasi pangan lokal kurang optimal dan bahkan kurang perhatian. Sederhananya terlihat dari ketersediaan produk bahan makanan di pasaran yang terbuat dari pangan lokal seperti sereal dari ubi, talas, hanjeli ataupun dari komoditas lainnya. Jarang sekali menemukan produk turunan pangan lokal di pasaran," imbuhnya.
Untuk diketahui, India telah menyetop ekspor berasnya pada 20 Juli 2023 kemarin. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan hal tersebut secara signifikan tidak akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan nasional.
Arief mengatakan pemerintah telah mempersiapkan berbagai langkah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras.
"Kita akan pastikan bahwa Indonesia memiliki stok yang cukup, hitungannya carry over dari 2022 ke 2023 itu ada sekitar 4 juta ton, kemudian dari amatan KSA (Kerangka Sampel Area) kita punya produksi lebih dari 2,8 juta ton amatan bulan Mei, jadi kita optimis beras aman," tuturnya dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu.
Arief mengungkapkan, NFA telah mempersiapkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang pemenuhannya diprioritaskan bersumber dari dalam negeri. Penugasan pengadaan CBP sebanyak dua juta ton yang dilakukan melalui importasi Perum Bulog bersumber dari beberapa negara, tidak termasuk India. Bahkan menurutnya, justru pemerintah India yang menawarkan dilakukannya trade balancing dengan Indonesia.
"Trade balance India itu dengan Indonesia kalahnya besar, sehingga teman-teman dari India ini mengharapkan kita itu importasinya salah satunya dari India, jadi memang mereka sendiri yang meminta pemerintah Indonesia untuk menyeimbangkan atau trade balance karena ekspor CPO kita jauh lebih besar," pungkasnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Fahreza Rizky