Menuju konten utama

CORE: Beban APBN jadi Urgensi Pemerintah Naikkan Harga BBM Subsidi

Piter Abdullah menilai, salah satu urgensi pemerintah menaikkan harga BBM subsidi yakni mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

CORE: Beban APBN jadi Urgensi Pemerintah Naikkan Harga BBM Subsidi
Antrean kendaraan tampak mulai mengular di SPBU Cikabon Parung Panjang Kabupaten Bogor, Rabu malam (31/8/2022). (tirto.id/Selfie Miftahul)

tirto.id - Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE), Piter Abdullah menilai, salah satu urgensi pemerintah menaikkan harga BBM subsidi yakni untuk mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Meskipun harga minyak dunia saat ini telah turun.

"Kalau dari sisi APBN, harga minyak dunia turun pun akan selalu dikatakan ada urgensi untuk menaikkan harga BBM subsidi untuk mengurangi beban APBN," kata Piter kepada Tirto.id, Kamis (1/9/2022).

Beban subsidi dan kompensasi membengkak tahun ini disebut-sebut telah membebani APBN 2022. Subsidi energi tahun ini sendiri diperkirakan tembus capai Rp698 triliun atau lebih tinggi dari Perpres 98/2022 sebesar Rp502 triliun.

Pada dasarnya anggaran subsidi dan kompensasi energi yang saat ini dipatok Rp502,4 triliun itu, sudah mengalami peningkatan dari sebelumnya dialokasikan sebesar Rp152,5 triliun. Penambahan itu dilakukan untuk menekan kenaikan harga energi di masyarakat di tengah kondisi lonjakan harga komoditas energi global.

Namun, urgensi kenaikan BBM itu tidak cukup besar dibandingkan risiko yang ditanggung oleh perekonomian akibat dampak kenaikan BBM subsidi tersebut. "Oleh karena itu saya selalu mengatakan pemerintah jangan menaikkan harga BBM subsidi," katanya.

Untuk diketahui, harga minyak dunia saat ini terus merosot pada akhir perdagangan Rabu (Kamis 1/9/2022) pagi. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober kehilangan 2,09 dolar AS atau 2,3 ​​persen, menjadi 89,55 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Lalu minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober yang berakhir pada Rabu (31/8/2022) merosot 2,82 dolar AS atau 2,8 persen, menjadi ditutup pada 96,49 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Kontrak November yang lebih aktif tergelincir 2,20 dolar AS menjadi 95,64 dolar AS per barel. Dikutip dari Antara, harga minyak terus tertekan oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh inflasi dan akan mengganggu permintaan bahan bakar.

Penurunan itupun diikuti oleh penurunan harga BBM non subsidi. Produk BBM non subsidi yang dipangkas harganya adalah Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex

Harga BBM jenis Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex turun. Pertamax Turbo turun Rp 2.000/liter. Dexlite turun Rp 700/liter, sedangkan Pertamina Dex turun Rp 1.500/liter.

Baca juga artikel terkait BBM SUBSIDI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang