tirto.id - Dalam proses penelitian terdapat dua metode untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Data yang dibutuhkan bisa berupa data kualitatif maupun kuantitatif.
Kedua metode tersebut tentu mempunyai perbedaan dari segi hasil maupun proses.
Penelitian kuantitatif menurut Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes dan M. Ali Sodik, M.A dalam buku Dasar Metodologi Penelitian (2015:27) mengatakan bahwa,
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Sedangkan, metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Sukidin, 2002).
Cara Mendapatkan Data Kualitatif dan Contoh Hasil Datanya
Dikutip dari Dr. Mohammad Mahpur, M. Si. dalam Memantapkan Analisis Data Kualitatif Melalui Tahapan Koding (2017) terdapat enam tahap, yaitu:
Menyiapkan Data Mentah Menjadi Verbatim
Jika data wawancara, maka peneliti perlu menyiapkan transkrip wawancara secara utuh dari hasil rekaman suara menjadi sekumpulan kalimat sebagaimana audio asli dari hasil wawancara.
Data yang sudah terkumpul bukan data mentah, seperti rekaman, video, gambar, corat-coret observasi, atau jenis data mentah lainnya yang belum diubah dalam sebuah bahasa atau kalimat.
Data yang akan dikoding adalah data yang sudah berbentuk kata-kata atau sekumpulan tanda yang sudah peneliti ubah dalam satuan kalimat atau tanda lain yang bisa memberikan gambaran bahasa dan visual.
Pemadatan Fakta
Setelah administrasi data terbangun, peneliti menuju langkah selanjutnya, yakni melakukan pemadatan fakta.
Pemadatan fakta bertujuan memperoleh fakta-fakta psikologis dari data yang sudah terkumpul untuk dipilah “per fakta secara terpisah-pisah”.
Pemadatan fakta dapat diambil dari seluruh data, baik dari transkrip hasil wawancara, catatan lapangan, video, dokumentasi, dan data lain yang ada.
Kesalahan yang sering terjadi pada pemula, pemadatan fakta dilakukan tidak “per-fakta,” tetapi langsung diinterpretasikan dalam sebuah narasi pendek.
Menyiapkan Probing untuk Pendalaman Data
Jika data dianggap belum lengkap dan menimbulkan pertanyaan bagi peneliti, hal ini memberikan kesempatan bagi peneliti membuat catatan kecil untuk didalami.
Catatan ini dapat berupa investasi pertanyaan wawancara lanjutan sehingga peneliti akan mendapatkan data yang lebih mendalam.
Data yang mendalam sangat dibutuhkan bagi peneliti kualitatif karena akan menambah kredibilitas analisis dan semakin menunjukkan keunikan hasil penelitian. Teknik ini disebut sebagai “probing.”
Pengumpulan Fakta Sejenis
Setelah pemadatan fakta dilakukan tuntas atas semua data yang dimiliki peneliti, langkah berikut adalah pengumpulan fakta sejenis.
Tujuan pengumpulan fakta sejenis untuk mengetahui kualitas fakta psikologis yang sudah diperoleh dari data verbatim wawancara atau lainnya.
Menentukan Kategorisasi
Jika pengumpulan fakta sejenis dilakukan dan peneliti sudah mendapatkan fakta yang mendalam dan meluas, peneliti akan memperoleh gambaran data berbasis fakta secara visual.
Membangun Konsep dan Menarasikan
Ketika peneliti sudah mendapatkan banyak kategorisasi, maka tugas selanjutnya memilih kebutuhan yang utama yaitu kategorisasi apa saja yang paling penting menjawab masalah penelitian.
Peneliti ada baiknya juga dianjurkan membangun visualisasi bangunan konsep atau tema yang ditemukan dalam bentuk bagan-bagan, sehingga pembaca akan lebih mudah memahami dinamika perjumpaan di antara kategorisasi yang membentuk sebuah konsep dan gambaran teori temuan penelitian.
Penulis: Abraham William
Editor: Yandri Daniel Damaledo