Menuju konten utama

5 Contoh Cerita Pengalaman Mengikuti MPLS untuk Tugas Sekolah

Menulis cerita pengalaman MPLS biasanya bisa dijadikan tugas para siswa yang baru masuk sekolah. Berikut contoh cerita pengalaman MPLS.

5 Contoh Cerita Pengalaman Mengikuti MPLS untuk Tugas Sekolah
Ilustrasi mengarang cerita. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Menulis cerita pengalaman MPLS biasanya bisa dijadikan tugas para siswa yang baru masuk sekolah. Siswa pun bisa menceritakan pengalamannya yang paling menarik dan berkesan selama mengikuti MPLS.

MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah menjadi kegiatan rutin yang digelar untuk menyambut siswa baru. MPLS bertujuan membantu siswa untuk mengenal sekolahnya lebih dalam agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

MPLS tentunya diisi dengan banyak kegiatan yang edukatif, tapi tetap menyenangkan. Mulai dari tur sekolah, pengenalan guru dan anggota OSIS, pengenalan ekstrakurikuler, dan masih banyak lagi.

Saat mengikuti MPLS, setiap siswa pasti memiliki pengalaman baru atau mengalami kejadian unik. Pengalaman inilah yang dapat dituangkan dalam cerita MPLS sebagai tugas sekolah.

Kumpulan Contoh Cerita Pengalaman Mengikuti MPLS yang Menyenangkan

Pembukaan pelaksanaan MPLS di Jawa Timur

Sejumlah pelajar mengangkat poster anti perundungan saat pembukaan pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMK Negeri 5, Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/7/2024). ANTARA FOTO/Moch Asim/Spt.

Berikut contoh cerita pengalaman MPLS bagi siswa baru SMP maupun SMA:

1. Teka-Teki Makanan MPLS

Saya dan teman-teman mengikuti MPLS selama tiga hari. Ada banyak pengalaman tak terlupakan selama mengikuti kegiatan MPLS di sekolah ini. Salah satunya ketika mendapat tugas membawa makanan dan minuman tertentu berdasarkan teka-teki dari panitia.

Awalnya saya bingung sekali dengan teka-teki itu. Sepulang dari sekolah, salah satu teman baru saya yang bernama Tika mengajak saya diskusi dengan teman-teman lainnya. Kami kemudian berkumpul di lapangan belakang sekolah untuk sama-sama memecahkan teka-teki makanan.

Kami saling menebak teka-teki, kadang sambil bergurau dan bertukar cerita tentang apa saja. Kami juga sempat berdebat tentang jenis makanan dengan petunjuk 'snack terbang'.

Saya menyebut merek makanan ringan, tapi salah satu teman yang suka bercanda bilang, "beli saja makanan ringan, lalu lempar ke panitia."

Kami semua tertawa dan terus bercanda sambil menebak jenis makanan. Walau akhirnya ada beberapa teka-teki yang tidak berhasil dijawab, saya merasa senang karena diskusi kami seru sekali dan saya seolah menemukan keluarga baru yang menyenangkan.

2. Mencari Tanda Tangan OSIS

Kegiatan MPLS berlangsung sangat menyenangkan dan pasti akan menjadi kenangan berharga. Di hari kedua, saya dan teman-teman mendapat tugas untuk mengumpulkan tanda tangan anggota OSIS. Kami wajib mendapatkan tanda tangan ketua dan wakil ketua OSIS beserta minimal 10 anggota OSIS.

Menariknya, beberapa kakak anggota OSIS sengaja bersembunyi agar tidak dikejar-kejar oleh siswa baru. Kesulitan lainnya adalah kami belum benar-benar hafal nama maupun wajah anggota OSIS sehingga cukup susah mendapatkan tanda tangan.

Setelah agak lama, saya berhasil mendapatkan hampir semua tanda tangan yang dibutuhkan, kecuali ketua OSIS yang entah sembunyi di mana. Namun, akhirnya saya dan beberapa teman berhasil bertemu dengan ketua OSIS yang saat itu sedang ada di laboratorium.

Ketua OSIS kami bernama Dilan, persis tokoh fiksi yang terkenal dengan gombalannya. Kak Dilan pun bersedia memberikan tanda tangan, asalkan kami menjawab pertanyaannya. Saya disuruh menyebutkan nama kepala sekolah secara lengkap. Karena saya bisa menjawabnya dengan benar, saya akhirnya mendapat tanda tangan dan tugas pun selesai.

3. Bertemu Teman Lama

Mengikuti MPLS di SMA ini membuat saya bertemu dengan banyak teman-teman baru. Kami semua saling berkenalan, bertanya tentang hobi, asal sekolah, dan mengobrol tentang hal yang sama-sama kami sukai.

Tak hanya bertemu teman baru, tapi saya juga bertemu dengan teman lama. Namanya Anisa dan kami dulu pernah satu SD, tapi berbeda SMP. Saya sendiri terkejut karena ternyata kami bertemu lagi di SMA yang sama.

Saat materi ekstrakurikuler, saya sempat bertanya tentang ekskul mana yang ingin dia ikuti. Saat mengobrol inilah saya kembali terkejut karena kami memiliki minat yang sama, yaitu musik.

Saya lebih tertarik dengan vokal atau menyanyi, sedangkan Anisa pandai memainkan gitar. Pada akhirnya, kami pun sepakat untuk sama-sama mendaftar di ekskul musik.

4. Belajar dari Kesalahan

Kegiatan MPLS membuat saya belajar banyak hal, termasuk tanggung jawab. Hal ini saya pelajari ketika saya membuat kesalahan dan harus mendapat hukuman dari panitia.

Saat itu saya dan teman satu kelompok diberi tugas kelompok untuk membawa bekal dengan menu 4 sehat 5 sempurna. Namun, esoknya saya lupa membawa bekal tersebut ke sekolah. Sebenarnya saya masih punya waktu untuk kembali pulang dan mengambil bekal, tapi saya tidak peduli dan berpikir “tidak apa-apa kalau harus dihukum”.

Benar saja, saya mendapat hukuman berupa menulis esai, tapi yang membuat saya merasa sangat bersalah adalah teman satu kelompok saya juga mendapat hukuman serupa. Dari sinilah saya sadar bahwa saya terlalu egois dan tidak memikirkan dampak pada anggota kelompok lainnya.

Saya pun meminta maaf pada teman-teman. Tak hanya memaafkan, mereka bahkan menyemangati saya agar tidak terlalu sedih dan merasa bersalah. Saya jadi merasa senang memiliki teman-teman hebat seperti mereka.

5. Unjuk Kreasi dengan Teman Baru

Tiga hari mengikuti MPLS benar-benar memberikan banyak pengalaman baru. Di hari terakhir misalnya, panitia memberikan kesempatan kepada kami, siswa baru, untuk menunjukkan bakatnya.

Saya sendiri merasa pandai bermain gitar, tapi merasa malu kalau harus unjuk kebolehan di depan banyak orang. Saat itulah teman saya yang bernama Sinta menghampiri saya. Dia awalnya mengajak saya bernyanyi bersama, tapi saya bilang kalau suara saya tidak terlalu bagus.

Saya lalu punya ide, bagaimana kalau Sinta bernyanyi dan saya bermain gitar mengiringinya? Ternyata Sinta setuju. Karena kami sama-sama pencinta drama Korea, kami akhirnya sepakat menyanyikan salah satu soundtrack drakor terkenal yang berjudul Goblin.

Tak disangka, penampilan kami disambut meriah, bahkan saat saya baru memainkan intro musiknya, sebagian penonton langsung bertepuk tangan. Banyak siswa yang mengetahui lagu tersebut dan akhirnya ikut menyanyi. Pengalaman ini pun jadi salah satu yang tak terlupakan di MPLS.

Baca juga artikel terkait MPLS 2024 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Yulaika Ramadhani