Menuju konten utama

Contoh Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka, Jenis, & Tujuannya

Bagaimana contoh asesmen diagnostik dalam Kurikulum Merdeka? Berikut jenis dan tujuannya.

Contoh Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka, Jenis, & Tujuannya
ilustrasi kurikulum merdeka. FOTO/kurikulum.kemdikbud.go.id/

tirto.id - Dalam Kurikulum Merdeka, guru harus memahami terkait penerapan asesmen, termasuk asesmen diagnostik. Lantas, apa contoh penerangan asesmen ini? Apa tujuan dan ada berapa jenisnya?

Menurut Panduan Pembelajaran dan Asesmen terbitan Kementerian Pendidikan (Kemendikbud), asesmen adalah aktivitas yang menjadi kesatuan dalam proses pembelajaran guna mencari bukti atau dasar pertimbangan tentang ketercapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan waktu pelaksanaannya, asesmen ini dibagi menjadi dua jenis yaitu asesmen formatif dan sumatif. Asesmen formatif bisa dilakukan di awal maupun selama proses pembelajaran. Sementara itu, asesmen sumatif dilakukan di akhir proses pembelajaran, baik itu akhir semester, akhir tahun ajaran, maupun akhir jenjang.

Dalam asesmen formatif, tujuan utamanya adalah untuk menentukan tujuan atau capaian pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan salah satu jenis asesmen yang disebut sebagai asesmen diagnostik.

Apa Itu Asesmen Diagnostik, Jenis, dan Tujuannya

Dilansir dari laman resmi SMAN 9 Batam, asesmen diagnostik merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik dalam menguasai materi tertentu. Harapannya, dengan asesmen ini, guru bisa mencari tahu apa penyebab kelemahan-kelemahan tersebut.

Setelah dilakukan asesmen diagnostik, langkah selanjutnya adalah menggunakan hasil diagnostik tersebut sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut yang berupa perlakuan yang tepat sesuai dengan kelemahan peserta didik.

Asesmen diagnostik secara umum bertujuan mendiagnosis kemampuan dasar dan kondisi awal siswa ketika memulai masa pembelajaran.

Asesmen diagnostik dibagi lagi menjadi dua yaitu asesmen diagnostik non-kognitif dan kognitif. Berikut adalah masing-masing penjelasannya.

Asesmen Diagnostik Non-kognitif: Tujuan dan Contohnya

Tujuan Asesmen Diagnostik Non-kognitif

  • Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa
  • Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah
  • Mengetahui kondisi keluarga siswa
  • Mengetahui latar belakang pergaulan siswa
  • Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa

Contoh Penerapan Asesmen Diagnostik Non-kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif dapat dilakukan dengan meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah dan menjelaskan aktivitasnya lewat bercerita, menulis, atau menggambar.

Setelah itu, lakukan tindakan lanjutan dengan mengidentifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif yang ditemukan, mengomunikasikan dengan siswa serta orang tua bila perlu. Ulangi penerapan asesmen non-kognitif ini pada awal pembelajaran.

Asesmen Diagnostik: Pengertian, Tujuan, dan Contoh

Pengertian Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen diagnostik bertujuan mendiagnosis kemampuan dasar siswa terhadap sebuah topik atau mata pelajaran. Guru melakukan asesmen ini untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa, bukan untuk mengejar target kurikulum. Asesmen ini dapat dilakukan secara rutin atau berkala.

Tujuan Asesmen Diagnostik Kognitif

  • Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa
  • Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa
  • Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata

Contoh Penerapan Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen diagnostik kognitif dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan sesuai dengan topik pembelajaran. Namun, sebelum itu lakukan penyederhanaan kompetensi dasar yang disediakan Kemendikbud.

Kemudian, susun pertanyaan sederhana, seperti:

  • 2 pertanyaan sesuai kelasnya dengan topik capaian pembelajaran baru
  • 6 pertanyaan dengan topik satu kelas di bawah
  • 2 pertanyaan dengan topik dua kelas di bawah
Setelah itu, lakukan pengolahan hasil asesmen dengan memberi penilaian dengan beberapa kategori seperti "Paham keseluruhan", "Paham sebagian", dan "Tidak paham". Kemudian hitung rata-rata kelas dan bagi siswa ke dalam 3 kelompok yaitu siswa dengan nilai rata-rata, di bawah rata-rata dan di atas rata-rata.

Kelompok siswa dengan nilai rata-rata akan mengikuti pelajaran sesuai dengan fasenya. Kelompok siswa di bawah rata-rata akan mengikuti pembelajaran serta pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi. Kemudian kelompok siswa di atas rata-rata akan mengikuti pembelajaran disertai dengan pengayaan.

Proses diagnosis kognitif ini akan diulangi dalam waktu berkala agar bisa menyesuaikan kondisi kognitif murid dari waktu ke waktu.

Baca juga artikel terkait KURIKULUM MERDEKA atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Fadli Nasrudin