Menuju konten utama

Ciri-ciri Cacar Monyet Selain Ruam & Apa Cacar Monyet Bisa Sembuh?

Monkey pox atau cacar monyet masuk Indonesia, penyakit cacar monyet disebabkan oleh virus dan apa cacar monyet bisa sembuh?

Ciri-ciri Cacar Monyet Selain Ruam & Apa Cacar Monyet Bisa Sembuh?
Ilustrasi Monkeypox. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Salah satu gejala seseorang terinfeksi penyakit cacar monyet adalah munculnya ruam atau lesi di kulit akibat infeksi.

Umumnya, ruam tersebut akan muncul dekat alat kelamin (penis, testis, labia, dan vagina) atau anus (lubang pantat) dan bisa di area lain seperti tangan, kaki, dada, wajah, atau mulut.

Ruam akan muncul secara bertahap. Pada tahap awal akan muncul seperti jerawat atau lecet dan mungkin terasa sakit atau gatal sebelum akhirnya menjadi ruam, keropeng hingga sembuh.

Gejala cacar monyet selain ruam pada kulit

Namun, meski penyakit cacar monyet ini identik dengan munculnya ruam pada kulit, tetapi ternyata ada gejala khas lainnya selain ruam pada kulit.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencantumkan gejala umum lain cacar monyet seperti,

1. Demam

2. Badan terasa panas dingin

3. Pembengkakan kelenjar getah bening

4. Anda merasa kelelahan

5. Sakit otot dan sakit punggung

6. Sakit kepala

7. Gejala pernapasan (misalnya sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk)

Bahkan, terkadang, beberapa orang yang terinfeksi cacar monyet juga bisa mengalami gejala seperti flu sebelum munculnya ruam pada kulit. Tetapi ada juga beberapa orang mengalami ruam terlebih dahulu, diikuti oleh gejala lainnya.

Bagaimana cara penularan cacar monyet?

Gejala cacar monyet biasanya mulai muncul dalam waktu 3 minggu setelah seseorang terpapar virus. Jika seseorang memiliki gejala seperti flu, mereka biasanya akan mengalami ruam 1-4 hari kemudian.

Cacar monyet dapat menyebar dari saat gejala muncul sampai ruam sembuh, yaitu saat semua koreng telah hilang, dan lapisan kulit baru telah terbentuk. Penyakit ini biasanya berlangsung antara 2 hingga 4 minggu.

Orang-orang paling berisiko menularkan virus ini ketika mereka memiliki lesi, lalu melakukan kontak kulit-ke-kulit dengan orang lain, atau jika seseorang menginfeksi suatu benda lalu menularkan virus ke orang lain.

Bagaimana cara mengobati penyakit cacar monyet?

Dilansir dari laman Fact Check, tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus monkeypox atau cacar monyet ini. Namun, virus cacar monyet dan cacar secara genetik serupa, yang berarti bahwa obat antivirus dan vaksin yang dikembangkan untuk melindungi cacar dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi virus cacar monyet.

Hal serupa juga dijelaskan oleh WHO melalui laman resminya. Menurut WHO, orang dengan cacar monyet harus mengikuti saran dari penyedia layanan kesehatan mereka. Gejala cacar monyet biasanya sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan.

Namun, jika diperlukan, obat untuk nyeri (analgesik) dan demam (antipiretik) dapat digunakan untuk meredakan beberapa gejala.

Selain itu, penting bagi siapa pun yang menderita cacar monyet untuk tetap terhidrasi, makan dengan baik, dan cukup tidur. Orang yang melakukan isolasi mandiri juga harus menjaga kesehatan mentalnya dengan melakukan hal-hal yang bisa mereka anggap santai dan menyenangkan seperti mononton film, mendengarkan musik, tetap terhubung dengan orang yang dicintai menggunakan teknologi, berolahraga jika mereka merasa cukup sehat.

Orang dengan cacar monyet harus menghindari menggaruk kulit dan merawat ruam dengan membersihkan tangan sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali jika mereka mau tidak mau berada di ruangan dengan orang lain, dalam hal ini mereka harus menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi lagi).

Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik. Sedangkan untuk membersihkan lesi atau ruam yang berada di mulut dapat menggunakan cairan infus.

Baca juga artikel terkait CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya