Menuju konten utama

Cina Diprotes atas Meninggalnya Liu Xiaobo Berstatus Tahanan

Pemerintah Cina menghadapi sejumlah protes dari para pemimpin dunia atas meninggalnya peraih nobel Liu Xiaobo yang meninggal dengan status tahanan.

Cina Diprotes atas Meninggalnya Liu Xiaobo Berstatus Tahanan
Pengunjuk rasa memakai topeng mirip aktivis HAM China pemenang Nobel Liu Xiaobo berdiri di luar Kantor Penghubung China di Hong Kong, China, Selasa (27/6). ANTARA FOTO/REUTERS/Bobby Yip.

tirto.id - Cina menghadapi rentetan kritik internasional atas perlakuannya terhadap peraih Nobel Perdamaian dan juru kampanye demokrasi Liu Xiaobo, yang meninggal pada usia 61 tahun dengan status tahanan, Kamis (13/7/2017).

Liu, yang memperjuangkan perlawanan tanpa kekerasan sebagai cara untuk mengatasi "tirani yang kuat", telah menjalani hukuman 11 tahun penjara atas tuduhan subversi. Ia menuntut diakhirinya peraturan satu partai saat dia didiagnosis menderita kanker hati stadium akhir di bulan Mei.

Dia meninggal karena beberapa kegagalan organ saat berada di bawah pengawasan di sebuah rumah sakit di Cina timur laut. Liu dikenal sebagai seorang intelektual dan aktivis hak asasi manusia dari Cina yang mendapat hadiah Nobel Perdamaian tahun 2010.

Istri Liu Xiaobo, Liu Xia tidak pernah menjalani tuduhan hukum apapun, apalagi dihukum karena melakukan kejahatan. Tapi karena aktivisme suaminya, dia dipaksa untuk hidup di bawah pengawasan konstan dan hampir terisolasi total di rumah mereka di Beijing. Kondisi fisik dan psikologisnya dikatakan telah memburuk secara dramatis akhir-akhir ini.

"Mereka telah mengubah rumahnya menjadi penjara," sepenuhnya melanggar hukum Cina, kata Jerome Cohen, pimpinan dalam sistem peradilan pidana dan hak asasi manusia Cina.

Liu menjadi peraih Nobel Perdamaian Nobel pertama yang meninggal dalam tahanan sejak Carl von Ossietzky dari Jerman pada tahun 1938, yang ditahan dalam kamp konsentrasi Nazi.

Dilansir dari The Guardian, Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian menyatakan kesedihannya atas kematian Xiaobo dan menyerukan penguasa Cina agar mengizinkan istri dan keluarganya bergerak secara bebas.

"Kendati telah mengalami masa penahanan yang cukup lama lebih 30 tahun, dia tak pernah berhenti membela, dengan keberanian, hak-hak fundamental dan kebebasan berbicara," katanya, Kamis (13/7/2017).

Ia menyatakan bahwa masalah hak-hak asasi manusia menjadi prioritas diplomasi Perancis di seluruh dunia.

"Oleh karena itu, isu ini adalah bagian dari dialog kami dengan China," kata Le Drian menambahkan.

Kanselir Jerman Angela Merkel melukiskan Xiaobo sebagai "pejuang bagi hak-hak sipil dan kebebasan berbicara yang berani".

Juru bicara Merkel juga dalam tulisan di Twitter mengatakan kanselir mengirim ucapan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Xiaobo.

Sementara itu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengharapkan Cina menunjukkan kepercayaan diri dan mendukung reformasi politik, setelah kematian Xiaobo itu.

Menlu AS Rex Tillerson meminta pemerintah Cina untuk membebaskan Liu Xia, yang telah menjalani tahanan rumah sejak 2010.

Baca juga artikel terkait NOBEL PERDAMAIAN atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri