tirto.id - Mahareza Rizky, adik almarhum Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, menjadi saksi dalam persidangan dengan terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi. Ia mengatakan salah satu ajudan Sambo, Daden Miftahul Haq, meneleponnya dan menyuruhnya pergi ke Mabes Polri.
8 Juli, Mahareza berada di indekosnya. Ia baru melek sekira pukul 17.30. 90 menit kemudian Daden meneleponnya. “Kau ada di mana? Kau ada pegang senpi tidak?” kata Mahareza menirukan ucapan Daden, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 1 November 2022.
Mahareza bilang senpi yang merupakan barang inventaris, ditaruh di pos jaga dan tidak pernah dibawa pulang.
“Nanti kamu langsung ke Biro Provos Mabes, ada yang menunggu,” tiru dia.
Mahareza tak tahu siapa yang menantinya di markas besar. Kemudian Mahareza bertemu Daden di Saguling, ketika ia menuju ke penatu untuk mengambil seragamnya.
Dalam pertemuan itulah Daden memeriksa tubuh Mahareza. “Lo ada senpi gak?” ujar Mahareza menirukan. “Langsung periksa dari pinggang sampai kaki. Lalu dia sempat suruh ‘buka bagasi motor’. Dia buka, geledah, (hasilnya) tidak ada (senpi).”
Setibanya di Biro Provos Mabes Polri, petugas jaga menyuruh Mahareza pergi ke lantai 3 yang terdapat ruang pemeriksaan. Karena di sana banyak ruangan, ia bingung. Lantas ia menelepon Daden guna meminta petunjuk.
Singkat cerita, usai ia ditemani seniornya singgah di lantai 1 dan kantin, Mahareza bertemu dengan Karo Provos Brigjen Pol Benny Ali di sebuah ruangan, sekira pukul 20.00.
Benny Ali pun menceritakan bahwa Yosua telah mati karena melecehkan Putri Candrawathi. "Dia menceritakan bahwa 'sepulangnya Ibu Putri dengan Abang kamu, Ibu naik ke atas ke rumah kediaman, lalu Abang kamu masuk ke kamar Ibu, melakukan pelecehan seksual.”
Putri menjerit, Yosua panik. Kemudian terjadi baku tembak dengan Richard Eliezer. "Benny cerita lagi bahwa 'Abang kamu dibawa ke RS Kramat Jati untuk diautopsi," tutur Mahareza menirukan si jenderal bintang satu itu.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Fahreza Rizky