Menuju konten utama

Cerita Ani Yudhoyono Melawan Kanker dan Kesedihan SBY

Ani Yudhoyono meninggal setelah melawan kanker darah sejak Februari lalu.

Cerita Ani Yudhoyono Melawan Kanker dan Kesedihan SBY
susilo bambang yudhoyono (kedua kanan) didampingi istri ani yudhoyono (ketiga kiri). antara foto/wahyu put

tirto.id - Ani Yudhoyono mengembuskan napas terakhir di National University Hospital (NUH), Singapura, Sabtu 1 Juni 2019 pukul 11.50 waktu setempat. Istri Susilo Bambang Yudhoyono ini meninggal dalam usia 66 tahun karena penyakit kanker darah yang dideritanya sejak Februari lalu.

Penyakit kanker darah yang menyerang Ani Yudhoyono diketahui setelah dia mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tur ke Sumatera Utara dan Aceh pada 21-28 Januari lalu. Tur ini diabadikan Ani dalam Instagramnya.

Awal Februari 2019, anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sarwo Edhie Wibowo dan Sunarti Sri Hadiyah ini cek darah di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Diketahui kemudian leukosit, trombosit dan homagoblin turun drastis.

Tim dokter kepresidenan lantas merekomendasikan pemeriksaan lanjutan di National University Hospital, Singapura.

Ani berangkat pada 2 Februari. Lima hari kemudian, tepatnya pada 7 Februari, terkonfirmasi bahwa Ani terkena kanker darah. Dua hari kemudian, Ani mengunggah foto karangan bunga dan doa kesembuhan untuknya, termasuk dari Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Pada 13 Februari, SBY membuat video berisi penjelasan kondisi istrinya.

"Saya sampaikan, Ibu Ani mengalami blood cancer atau kanker darah, dan karenanya harus menjalani perawatan yang intensif di National University Hospital Singapura," kata Presiden ke-6 RI ini.

Empat hari kemudian Ani, yang pernah tiga tahun berkuliah di jurusan kedokteran UKI, menggunggah foto dirinya tengah menulis dan didampingi SBY. Ani tengah mencatat jenis pengobatan apa saja yang harus dijalaninya. Beberapa di antaranya meminum obat, suntikan kemo, hingga transfusi darah.

Ani tidak bersedih. Peraih gelar sarjana Ilmu Politik dari Universitas Terbuka ini menulis dengan tegas: "Saya bisa melawan Kanker ini. Dengan dukungan kuat dari semua orang di Indonesia dan di dunia.

Salah satu yang ia butuhkan agar sembuh adalah sumsum tulang belakang. Ini akhirnya ia dapatkan pada 6 Maret dari adik kandungnya langsung sekaligus mantan KASAD, Jenderal (Purn) Pramono Edhi Wibowo.

Di tengah perawatannya itu Ani tetap tak mau melewatkan momen politik penting: Pemilu 2019. Pada 14 April--tiga hari sebelum hari pencoblosan di Indonesia--dia mengunggah foto saat mencoblos di kasur rumah sakti.

Ani memang rutin mengunggah foto untuk berkabar tentang perkembangan kesehatannya. Pada 16 Mei Ani mengunggah foto tengah berkeliling dan menghirup udara segar di luar ruangan. Dia menulis, "semoga kesehatanku semakin pulih."

Namun, pada 29 Mei 2019, Ani kembali masuk ke ruang Intensive Care Unit (ICU). Dua hari setelah masuk ICU, tepat tanggal 1 Juni 2019, dia meninggal.

Kesedihan SBY

SBY mungkin orang yang paling terpukul atas kepergian Ani. Mereka menikah sejak 30 Juli 1976, atau sudah 43 tahun hidup bersama.

SBY menumpahkan semua perasaannya dalam pidato sebelum jenazah Ani disalatkan di Perumahan Puri Cikeas, Bogor, Minggu (2/6/2019). Dia bercerita bagaimana mendampingi Ani, bergantian dengan yang lain, selama empat bulan terakhir.

"Ibu Ani tahu penyakitnya ganas dan agresif. Tapi, dia katakan kepada saya, saya pasrah, tapi tidak akan pernah menyerah, never give up," kata SBY.

Sehari sebelum meninggal, dari indikator yang ada di monitor, petugas medis dan perawat mengatakan Ani, yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial bersama Dharma Wanita, tak bisa bertahan lagi. Tapi SBY bersaksi Ani berupaya bertahan.

"Saya mendampingi 46 tahun dari hati, mata, dan wajahnya, Bu Ani tetap mencoba bertahan sampai batas yang bisa dilalui manusia. Manusia yang kuat dan tangguh, saya mengerti napasnya, saya mengerti apa yang tersirat di wajahnya." Saat mengatakan ini wajah SBY tampak jelas tengah menahan tangis.

SBY sempat berdoa saat detik-detik terakhir Ani. Pun dengan keluarga. Saat itu Ani sebetulnya sudah tidak sadar karena baru mengonsumsi obat bius. Tapi, kata SBY, Ani mengeluarkan air mata dari sudut matanya.

"Berarti, Ibu Ani mendengar apa yang dibisikkan hati kami," tuturnya.

SBY langsung mengambil tisu dan membersihkan air mata itu. Tapi yang terjadi justru air matanya yang jatuh di kening Ani.

SBY bilang, air matanya dan Ani menyatu.

Beberapa saat kemudian Ani pergi. Tak ada lagi tanda kehidupan pada perempuan yang aktif di Persit Kartika Chandra Kirana (Persatuan Istri Tentara) ini. SBY dan yang lain membaca dua kalimat syahadat. Kening Ani dicium.

SBY lantas mengucapkan selamat jalan kepada istri tercintanya itu.

"Semoga engkau hidup tenang dan bahagia di sisi Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa," doa SBY.

Baca juga artikel terkait ANI YUDHOYONO atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino