tirto.id - Direktur Utama Mind ID atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Orias Petrus Moedak terlibat debat panas dengan Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Muhammad Nasir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (30/6/2020).
Debat panas berawal saat Muhammad Nasir mempertanyakan secara berulang-ulang kemampuan bayar utang yang menjadi tanggungan Mind ID. Pertanyaan tersebut terus dilontarkan usai Orias menjelaskan holding BUMN Tambang yang baru saja menerbitkan global bonds senilai 2,5 miliar dolar AS.
“Kalau potensi default seperti apa? Tugas saudara adalah untuk memastikan masalah utang ini selesai, bukan menambah utang lagi, utang lagi. Kalau seperti itu, lulusan SMA bisa duduk di kursi bapak,” kata Nasir.
Setelah mendapat kritikan tersebut, rapat berjalan lagi. Orias menjelaskan, nilai utang baru secara lebih detail. Utang baru tersebut digunakan untuk refinancing utang-utang anak perusahaan BUMN Holding Tambang yang sudah jatuh tempo di 2021 dan 2023 sebesar 1 miliar solar AS, yang masing-masing memiliki utang 500 juta dolar AS.
Kemudian sisa 1,5 miliar dolar AS digunakan untuk refinancing utang anak usaha dan pembelian saham Vale Indonesia.
“Selebihnya kami gunakan untuk refinance utang anak usaha yang bunganya tinggi, dan 500 juta dolar AS untuk membeli saham Vale,” kata Orias.
Orias menjelaskan perseroan membeli langsung obligasi dari pemegang obligasi. Kemudian, Inalum menawari pemegang obligasi dengan obligasi baru yang memiliki tenor lebih panjang.
Dalam pemberitaan penerbitan surat utang sebelumnya, Inalum menawarkan tiga tenor investasi, yaitu 5 tahun, 10 tahun, dan 30 tahun. Mengenai kuponnya, untuk 5 tahun ditawarkan dengan kupon 4,75 persen, 10 tahun 5,45 persen, dan yang 30 tahun ditawarkan dengan kupon 5,8 persen.
Dengan menerbitkan utang baru ini, beban bunga yang ditanggung perseroan lebih rendah 0,7 persen dari rerata beban bunga sebelumnya. Wahasil, saat ini rata-rata beban bunga yang ditanggung perseroan berada di kisaran 5,4 persen per tahun.
“Kami tawarkan pemegang obligasi yang lama untuk jual, kami tukar dengan tenor yang lebih panjang. Supaya kami tidak tertekan dari sisi cashflow. Yang sudah berhasil ditukar 1 miliar dolar AS,” kata dia.
Strategi penerbitan global bond bukanlah utang dengan ikatan aset kolateral sebagai jaminan. Praktik ini biasa dilakukan oleh korporasi di manapun.
Namun dalam proses penjelasan tersebut, sejak awal rapat politikus Partai Demokrat itu, terus-menerus melakukan interupsi saat Orias menjawab pertanyaan dari peserta rapat lain. Saat itu suasanannya belum panas.
Suasana kemudian kembali panas ketika Nasir lagi-lagi mempertanyakan soal utang. Kali ini mengapa bisa Holding BUMN Tambang mendapatkan suntikan dana besar tanpa ada jaminan.
Dalam interupsinya, Nasir menganggap hal tersebut aneh serta mengungkap kekhawatiran, tiga perusahaan lain yang ada di holding BUMN tambang hanya menjadi sapi perah, untuk membayar utang-utang Inalum. Nasir pun menyarankan pembentukan panitia khusus (pansus).
RDP terus berjalan, tampaknya Nasir belum juga puas dengan jawaban Orias. Apalagi, menurutnya, perusahaan BUMN yang hadir di RDP tidak menyiapkan bahan lengkap. Hingga akhirnya debat panas pun terjadi.
“Kalau Bapak sekali lagi gini, saya suruh Bapak [Orias] keluar dari rapat,” kata Nasir.
“Kalau Bapak suruh saya keluar, ya saya keluar,” ujar Orias.
“Iya, Bapak bagus keluar, karena enggak ada gunanya Bapak rapat di sini. DPR ini bukan buat main-main. Anda bukan main-main di sini!” kata Nasir.
“Saya enggak main-main,” kata Orias.
“Jadi, Anda kalau rapat, harus lengkap bahannya. Enak betul Anda di sini! Siapa yang naruh Anda di sini? Percuma naruh orang kayak gini. Ngerti? Kurang ajar Anda. Kalau Anda enggak senang, Anda keluar!," kata Nasir.
“Saya akan surati Menteri BUMN langsung untuk Anda dicopot jadi dirut,” kata Nasir menutup pembicaraan.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz