tirto.id - Allan Turing adalah seorang ahli matematika dan komputer, yang gemar memainkan teka-teki Silang (TTS).
Di masa mudanya, ia selalu menyendiri di bawah pohon atau di taman sambil mengisi TTS. Permainan itu juga menarik perhatian Ben Anderson, sang indonesianis. Ia memainkannya sesering mungkin.
“Kadang-kadang saya bertanya-tanya apakah kegemaran seumur hidup saya akan teka-teki silang ini bawaan dari gen kakek,” kata Ben.
Kegemaran bermain TTS ini ternyata bisa menjadi sesuatu yang sangat positif bagi kondisi mental. Menyelesaikan TTS dan bermain permainan teka-teki lain seperti Sudoku bisa melindungi kita dari kemunduran mental atau penyakit demensia, bahkan di usia berapa pun.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa latihan otak, seperti menyelesaikan teka-teki atau belajar bahasa lain, dapat mengurangi risiko demensia.
Fakta ini diungkap melalui penelitian berjudul Intellectual engagement and cognitive ability in later life (the “use it or lose it” conjecture): longitudinal, prospective study.
Penelitian ini melaporkan, melatih otak seperti itu tidak terkait dengan penurunan kemampuan kognitif, tetapi dikaitkan dengan perolehan kemampuan mengingat perjalanan selama hidup.
“Secara keseluruhan, temuan menunjukkan bahwa orang dewasa terlibat dan mereka yang terlibat lebih dilindungi untuk tidak terkena penurunan kognitif,” tulis Staff Roger, penulis jurnal sekaligus dosen kehormatan di Universitas Aberdeen.
Dilansir dari BBC, sebuah laporan dari Global Council on Brain Health juga mengatakan, orang-orang yang belajar alat musik, merajut atau berkebun dan terlibat dalam permainan yang mengasah otak lainnya bisa membantu mengaktifkan fungsi otak mereka di kemudian hari.
Dikatakan semakin muda seseorang memulai aktivitas ini, semakin baik fungsi otak mereka saat mereka bertambah tua.
"Meskipun bermain 'permainan yang mengasah otak' seperti Sudoku mungkin tidak mencegah demensia, tetapi setidaknya telah terbukti bahwa ia bisa merangsang kemampuan otak untuk mengatasi berbagai penyakit," jelas James Pickett, Kepala Penelitian di Alzheimer's Society United Kingdom
Penelitian Staff dan timnya ini dilakukan dari para peserta berusia 11 tahun. Sementara rata-rata dari 489 peserta itu lahir tahun 1937. Catatan-catatan awal terlebih dahulu disimpan di Scottish Council for Research in Education.
Kemudian, pada sekitar 64 tahun, mereka diuji kembali dan ditindaklanjuti beberapa kali untuk proses mental selama 15 tahun ke depan.
Para peneliti menekankan bahwa penelitian ini tetap memakai metode observasional, bukan kesimpulan kausal atau sebab akibat.
"Dari semua penyakit di Inggris, demensia sekarang menjadi pembunuh terbesar, sehingga mengeksplorasi faktor-faktor potensial yang dapat mengurangi risiko kondisi penyakit tersebut adalah langkah yang baik," kata James Pickett.
Alzheimer Society baru-baru ini meluncurkan aplikasi permainan otak yang disebut Game Changer. Menurut Pickett, permainan ini memang tidak akan mengurangi risiko demensia.
Tetapi dengan memainkannya, itu dapat membantu membangun pemahaman tentang perubahan kognitif dan perbedaan antara penurunan kognitif dan demensia.
"Proyek GameChanger dapat menemukan orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda awal penurunan kognitif dan membuat mereka terlibat dalam studi dan uji coba agar mereka tahu caranya dan bisa mengehntikan demensian," ujar Pickett seperti dikutip dari CNN.
Editor: Yandri Daniel Damaledo