Menuju konten utama

Cegah DBD, Kemenkes Imbau Setiap Rumah Punya Satu Jumantik

Kemenkes menyarankan setiap rumah mempunyai satu orang yang sebagai juru pemantau jentik atau Jumantik untuk mencegah terjadinya DBD.

Cegah DBD, Kemenkes Imbau Setiap Rumah Punya Satu Jumantik
Ilustrasi nyamuk dbd. FOTO/istockphoto

tirto.id - Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi menyarankan untuk setiap rumah menetapkan satu anggota keluarganya sebagai juru pemantau jentik atau Jumantik.

Hal tersebut berkenaan dengan musim penghujan yang mulai melanda sejumlah daerah di Indonesia dan berpotensi menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Jumantik itu merupakan upaya gerakan yang sangat efektif. Setiap rumah itu ada satu juru pemantau jentik," ujar dia di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (30/1/2019).

Menurut Oscar, jumantik tersebut yang akan berperan sebagai agen perubahan dengan mengubah perilaku penghuni rumah ke arah yang lebih sehat dan bersih. Setidaknya dengan mengawal gerakan 3M+ yakni mengubur, menguras, serta menutup sumber-sumber tumbuh kembangnya jentik nyamuk aedes aegepty.

Selain ditimbulkan oleh nyamuk, tambahnya, kasus DBD juga bisa berasal dari perilaku orang yang hidup kotor dan tidak sehat.

Karenanya, ia menyarankan agar peran jumantik tidak aktif ketika musim penghujan saja, DBD bisa juga muncul ketika memasuki musim kemaran.

Ia mengatakan, Indonesia yang merupakan negara endemis DBD agar didorong untuk melakukan program jumantik dan masyarakat bisa merealisasikan di rumahnya masing-masing sebelum DBD menjadi Kasus Luar Biasa (KLB).

"Kalau sudah sampai pada tahapan KLB, tahapan di mana terjadi banyaknya kasus DBD itu bukan persoalan mudah, karena banyak upaya yang harus dilakukan mulai dari pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan pasien, hingga sosialisasi pencegahan DBD," tuturnya.

Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, lembaganya mencatat kenaikan jumlah kasus demam berdarah sejak bulan November. Peningkatan itu merupakan pola yang terjadi setiap tahunnya.

“[Ada] 11 ribu kasus, itu dari 1 Januari [2019]. Se-Indonesia yang paling tinggi itu Provinsi Jawa Timur, dia 2.200 kasus sampai sekarang posisinya. Kabupaten yang paling banyak itu Kediri,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KASUS DEMAM BERDARAH atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno