tirto.id - Di masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi dan nafsu makan anak memang sedang tinggi-tingginya. Tak heran, anak-anak kerap meminta beragam jajanan mulai dari buah hingga cemilan cepat saji.
Oleh karena anak-anak pada umumnya masih memiliki ego yang tinggi, mereka biasanya berharap apa yang diinginkan bisa segera terwujud, termasuk dalam hal jajanan.
Sebagian orang tua mungkin terbiasa langsung memenuhi keinginan anak membeli beraneka jenis jajanan, aga tidak repot menghadapi rengekan dan tangisan. Namun, sejumlah orang tua yang lain justru melarang keras anaknya membeli jajanan yang diinginkan.
Memenuhi permintaan anak-anak akan jajanan sebenarnya tidak menjadi masalah selama orang tua bisa mengontrol asupan gizi untuk buah hatinya sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang.
Namun, orang tua juga perlu mengendalikan kebiasaan anak membeli jajanan. Hal ini supaya buah hatinya tak mengalami masalah obesitas karena memakan jajanan berlebihan. Para orang tua pun perlu mewaspadai jajanan yang tak higienis dan bisa berdampak buruk kepada kesehatan anak.
Di sisi lain, bertindak secara berlebihan saat melarang anak-anak membeli jajanan, semisal dengan marah atau bersuara keras, juga bisa berdampak buruk pada kondisi mental si kecil.
Oleh karena itu, para orang tua perlu bersikap bijaksana saat mengarahkan atau mengendalikan kebiasaan anak membeli jajan. Dengan sikap dan pemilihan bahasa yang tepat saat berkomunikasi dengan anak, si kecil tentu bisa memahami apa yang sebenarnya baik bagi mereka.
Selain itu, dikutip dari laman Parents, ada sejumlah tips bagi orang tua mengenai strategi efektif dalam mengendalikan kebiasaan anak membeli jajanan. Berikut ini sejumlah cara yang bisa dicoba oleh para orang tua.
1. Buat jadwal jajan dan mengemil
Orang tua sebaiknya menetapkan waktu anak mengonsumsi camilan atau membeli jajan, seperti pada tengah dan sore hari saja. Penjadwalan seperti ini perlu dilakukan agar anak tetap merasa lapar saat jam makan.
Para orang tua juga perlu menyadari bahwa kebiasaan anak mengemil di luar kendali biasanya akan mengganggu nafsu makannya. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menerapkan batasan tertentu. Misalnya, dengan meminta anak berhenti mengemil saat satu atau dua jam sebelum waktu makan. Orang tua juga bisa membatasi apa saja yang diizinkan dan boleh dimakan anak.
2. Buat sajian jajanan sendiri
Anak-anak yang lebih tua biasanya lebih bertanggung jawab untuk mengambil makanan ringan sendiri. Orang tua dapat membuat pilihan jajan yang sehat dengan menyediakan buah, potongan sayur atau yogurt di wadah khusus atau lemari es. Dengan begitu, saat anak ingin camilan, ia bisa langsung mengambil jajanan sehat tadi di tempat yang telah disediakan.
Orang tua juga dapat melibatkan anak dalam pembuatan camilan agar si kecil juga merasakan dan mengetahui bahwa membuat makanan sendiri lebih terjaga kebersihannya.
3. Latih anak tentukan prioritas dan buat kesepakatan
Orang tua sebaiknya melatih anak-anak menentukan hal yang lebih penting untuk dibeli. Beri anak penjelasan langsung yang masuk akal dan mudah dimengerti dengan bahasa lembut.
Sebelum pergi belanja, misalnya, orang tua dapat membuat kesepakatan dengan anak tentang apa yang harus dibeli dan yang tidak. Cara ini bisa dilakukan agar anak punya pengendalian diri ketika mereka berbelanja.
4. Bersikap konsisten
Para orang tua juga perlu menunjukkan sikap yang konsisten dalam mengendalikan kebiasaan si kecil membeli jajanan. Jika orang tua bersikap plin-plan, anak akan menangkap pesan bahwa dia bisa mendapatkan yang ia inginkan dengan terus memaksa atau merengek.
5. Mendongeng dan bacakan buku untuk anak
Orang tua juga dapat melakukan kegiatan mendongeng atau membacakan buku pada anak di usia PAUD. Hal ini dapat mendorong anak untuk tahu tentang norma baik dan buruk, benar dan salah, sekaligus merekam informasi itu di pikiran bawah sadarnya dengan baik.
6. Ajarkan memilih jajanan yang sehat
Orang tua juga penting untuk mengajari anak-anak memilih jajanan yang sehat. Hal ini penting untuk diajarkan karena, saat memasuki usia sekolah, anak-anak bisa membeli jajanan saat di luar pengawasan orang tuanya.
Sebagaimana dilansir laman Sabahat Keluarga, situs yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Keluarga (Kemendikbud), terdapat 6 cara untuk memastikan bahwa jajanan sehat serta layak dikonsumsi anak-anak.
Pertama, mengamati warna jajanan. Anak-anak sebaiknya diminta menghindari makanan dan minuman dengan warna mencolok. Sebab, warna mencolok kemungkinan menjadi pertanda, jajanan dibuat dengan zat pewarna kimiawi yang bisa berakibat buruk pada tubuh.
Kedua, cicipi dulu rasanya. Jika ada rasa gurih atau manis yang terlalu tajam, sebaiknya jajanan tidak dimakan karena mengandung obat gula atau monosodium glutamate (MSG) yang terlalu tinggi.
Ketiga, sentuh dan cium aroma jajanan. Bila jajanan berbau apak, tengik atau permukaannya berlendir berarti ia tidak layak dimakan karena sudah basi dan terkontaminasi mikro organisme berbahaya bagi kesehatan.
Keempat, periksa bungkus atau kemasan jajanan. Saat membeli jajanan, anak perlu memeriksa bungkus makanan atau minuman untuk melihat adanya izin edar dari BPOM dan Dinas Kesehatan (Izin Produk Industri Rumah Tangga/PIRT). Jika tidak ada, sebaiknya dihindari.
Kelima, cek batas kedaluwarsa jajanan. Biasanya, informasi soal batas kedaluwarsa makanan atau minuman yang diperdagangkan ada di bagian luar kemasannya. Jika jajanan sudah melebihi batasa kedaluwarsa atau expired date makan tidak perlu dibeli.
Keenam, cek kualitas kemasan. Anak perlu diajari agar tidak membeli jajanan yang kemasannya rusak. Sebab, kemasan yang rusak bisa membuat jajanan tidak aman lagi dikonsumsi.
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Addi M Idhom