Menuju konten utama

Cara Kerja InaTEWS BMKG: Bisa Deteksi Gempa Megathrust-Tsunami?

Simak cara kerja InaTEWS, yang digunakan BMKG untuk mendekteksi gempa. Bisakah mendeteksi gempa megathrust dan tsunami?

Cara Kerja InaTEWS BMKG: Bisa Deteksi Gempa Megathrust-Tsunami?
Hasil analisis BMKG terkait gempa bumi di Selatan Jawa. (FOTO/Dok. BMKG)

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap dampak gempa megathrust. Gempa dari celah seismik tersebut dianggap berpotensi menyebabkan kerusakan parah.

Megathrust Nankai merupakan seismic gap yang berlokasi di bagian timur Pulau Shikoku, Kyushu, dan Kinki, Jepang Selatan. Mengutip Antaranews, jika gempa terjadi di sana bisa menimbulkan dampak lain hingga ke Indonesia.

Daryono, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, pada Senin (12/8), menjabarkan Megathrust sebagai zona seismic gap yang diduga sedang menjalankan akumulasi medan tegangan. Proses ini lebih dikenal dengan istilah stres kerak bumi.

Kebetulan pada 8 Agustus 2024 terjadi gempa di Megathrust Nankai. BMKG memprediksi pula bahwa gempa tersebut bisa memunculkan tsunami, bahkan cakupan gelombangnya bisa mencapai wilayah Indonesia.

Berhubungan dengan itu, terdapat InaTEWS yang mampu mendeteksi bahaya megathrust di Indonesia. Adapun InaTEWS merupakan singkatan dari Indonesia Tsunami Early Warning System, dipakai untuk melihat potensi gempa maupun tsunami.

Cara Kerja InaTEWS BMKG

Dalam InaTEWS: Konsep dan Implementasi (2010), cara kerja InaTEWS dapat dipantau layaknya potongan melintang pulau Jawa ke arah Selatan hingga Samudera Hindia. Adapun sumber gempa biasa terjadi di subduksi pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Samudera Hindia.

Agar bisa mendeteksi gempa, InaTEWS dilengkapi dengan jaringan pengamatan darat berupa seismik. Kemudian, memerlukan tambahan pengamatan laut melalui teknologi buoy beserta pasang surut (disebut tide gauges).

Berbagai gambaran kondisi permukaan bumi tersebut dipantau melalui satelit ke pusat-pusat monitoring (kantor pengawasan). Adapun terdapat seismograph yang dipakai untuk merekam gelombang gempa bumi.

Rekaman tersebut dipakai oleh pengawas untuk menentukan kekuatan beserta sumber gempabumi yang terjadi. Lalu, potensi tsunami kemudian dianalisis berdasarkan pencatatan yang sudah dilakukan BMKG.

Jika benar akan terjadi tsunami, pihak pengawas akan mengkonfirmasi warning potensi tsunami sebagai langkah pertama. Peristiwa ini juga akan dibarengi pengaktifan sirine peringatan, sebelum ditelaah ulang lewat buoys dan tide gauges.

Komponen Operasional InaTEWS

Merujuk sumber informasi yang sama, InaTEWS mempunyai sejumlah komponen operasional yang membantu dalam proses deteksi gempa-tsunami, di antaranya terdiri dari Sistem Pemantauan, Sistem Pengolahan, dan Telekomunikasi.

Berikut ini daftar komponen yang dipakai dalam aktivitas InaTEWS.

1. Sistem Pemantauan

a. Pemantauan Darat:

  • Seismic (160 broadband seismometer, 500 accelerometer);
  • GPS (40).
b. Pemantauan Laut:

  • Buoys (22);
  • Tide Gauges (80).

2. Sistem Pengolahan

  • Seismic: 10 Regional Center (RC), 1 National Center (NC)
  • Lainnya: 1 Tide Gauges Center, 1 Buoys Center, 1 GPS Center

3. Telekomunikasi

  • Up Stream (pengumpulan data)
  • Down stream (diseminasi)

Baca juga artikel terkait MEGATHRUST atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dipna Videlia Putsanra