tirto.id - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengklaim memiliki strategi baru untuk membuat para wisatawan betah berlama-lama di Indonesia.
Asisten Deputi Investasi Pariwisata Kemenparekraf Hengky Manurung menyebutkan strategi tersebut yaitu, Kemenpar akan mengkolaborasikan industri pariwisata dengan Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE).
"Misalnya dia ada pertemuan di Medan, wisatanya ke Aceh atau ke Padang. Kami akan kawinkan MICE dengan leassure. Karena itu, harus ada event yang menarik di destinasi," ujar dia dalam diskusi di JS Luwansa Hotel, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (16/1/2020).
Tak lagi soal kuota, Hengky mengatakan, pemerintah akan lebih fokus menyediakan layanan yang lebuh berkualitas. Misalnya, untuk wisatawan yang datang untuk liburan, rata-rata pengeluarannya hanya 150 dolar AS atau setara Rp2 juta/hari dengan rata-rata tinggal sekitar 7 hari.
Sementara wisatawan untuk tujuan bisnis bisa menghabiskan 2.000 dolar AS atau setara Rp28 juta/hari dengan masa kunjungan 5 hari.
"Enggak lagi kuantitas. Tapi kualitas," kata dia.
Dengan strategi tersebut, ia optimistis angka target moderat untuk kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang 2020 tercapai 17 juta orang.
"Tahun ini kan belum, tapi hampir sama seperti kemarin 17 juta ya," ujar dia.
Menurut proyeksi Kemenpar, total kunjungan wisman pada 2019 diperkirakan maksimal 16,5 juta, atau naik sekitar 3,1 persen dari total kunjungan 2018 sebanyak 15,8 juta. Karena itu, jika angka kunjungan 17 juta tercapai, setidaknya tetap meningkat dari capaian 2019.
Saat ini pemerintah tengah fokus memperluas dampak positif ekonomi di sektor pariwisata. Salah satunya dengan mengembangkan lima destinasi pariwisata super prioritas, di antaranya Danau Toba, Likupang, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.
Jika pemerintah terus-terusan menggenjot kelima destinasi prioritas tersebut, tapi wisman berkunjung hanya dua sampai tiga hari saja. Untuk itu, ke depan pihaknya akan fokus bagaimana caranya agar wisman ini bisa betah lama-lama di Indonesia.
"Sekarang lebih ke lama mereka tinggal mengetahui culture, mengalami adventure tourism yang ada sehingga komplit dia punya experience. Itu strategi yang kami lagi bangun sekarang dan itu tidak hanya kami sebagai pemerintah, kami melibatkan semua yang ada," jelas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz