Menuju konten utama

Cara Cegah dan Kendalikan Tuberkulosis atau TBC di Tempat Kerja

Bagaimana cara mencegah dan mengendalikan penyakit tuberkolosis atau TBC di tempat kerja?

Cara Cegah dan Kendalikan Tuberkulosis atau TBC di Tempat Kerja
Ilustrasi tuberkolosis di tempat kerja. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan manusia yang bisa berakibat kematian bila terlambat ditangani.

Penyebabnya yaitu infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC menjadi 10 penyakit dengan pemicu kematian tertinggi di dunia.

Gejala TBC yang paling tampak adalah batuk. Batuk dapat berlangsung lebih dari 3 pekan, memiliki dahak, dan disertai dengan keluarnya darah. Gejala lainnya adalah demam, badan lemas, tidak nafsu makan, dan mengalami penurunan berat badan.

Bagaimana Penularan TBC?

TBC bisa menular dengan sangat cepat dan masif. Tidak hanya menyerang orang di rumah penderita saja, bakteri bisa berpindah tempat dari penderita ke rekan mereka di tempat kerja. Akibatnya, penularan tersebut bisa memeruhi orang-orang sehat lainnya yang masih produktif.

Perlu dipahami, bakteri pemicu TBC bsa bertahan selama beberapa jam saat berada di udara. Bakteri tersebut dapat terbang karena hembusan angin atau menempel di berbagai benda dalam beberapa jam.

Saat orang sehat tanpa sengaja tertempel bakteri ini lalu menghirupnya, tidak menutup kemungkinan akan segera terinfeksi.

Kendati demikian, penularan TBC bisa dicegah dengan berbagai langkah. Contohnya adalah menerima vaksin BCG, tidak kontak langsung dengan penderita, menggunakan masker, dan mengusahakan sering mencuci tangan memakai sabun.

Pengendalian TBC di tempat Kerja

Penderita TBC paling tinggi ditemukan pada usia produktif. Artinya, banyak orang yang masih bekerja secara aktif menjadi rentan tertular penyakit ini. Oleh sebab itu, selain pencegahan, diperlukan pula upaya untuk mengendalikan TBC di tempat kerja.

Kebijakan dan komitmen terkait pengendalian TBC di tempat kerja mengacu pada UU Nomor 1 Tahun 1970 dan UU Nomor 13 Tahun 2003 yang memberikan Panduan Pengendalian TBC di Tempat Kerja. Aturan tersebut menjadi bagian dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Mengutip laman TB Indonesia, berikut 6 hal yang dijadikan program pengendalian di tempat kerja:

1. Menemukan pasien TBC secepatnya

Pekerja yang sedang sakit TBC berpotensi menularkan penyakit ke orang lain di sekitarnya. Cara yang bisa ditempuh yaitu dengan pemeriksaan awal/sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, kunjungan ke pelayanan kesehatan kerja (klinik/RS) perusahaan, dan pelacakan kontak erat. Aktivitas ini bagian dari tindakan Temukan, Pisahkan, Obati (TEMPO).

2. Diagnosis TBC di tempat kerja

Diagnosis TBC ini dapat diterapkan melalui 7 langkah diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) yag terdiri dari:

    • Diagnosis klinis;
    • Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan;
    • Adanya hubungan antara pajanan dengan penyakit;
    • Seberapa besar pajanan yang dialami;
    • Adanya faktor individu yang berperan;
    • Adanya faktor lain diluar pekerjaan; dan Diagnosis penyakit akibat kerja atau diperberat karena pekerjaan

3. Pengobatan pasien TBC dari pekerja

Jika pekerja ditemukan mengalami TBC maka harus dipisahkan ke tempat lain yang punya ventilasi baik dan memperoleh banyak sinar matahari. Hal ini untuk mencegah penularan. Pasien perlu diobati sampai sembuh.

4. Pengendalian TBC

Pengendalian TBC di tempat kerja memiliki empat pilar yang mesti dipenuhi yaitu dukungan manajemen untuk berkomitmen mencegah TBC, dukungan administratif untuk memberikan edukasi dan pelayanan TBC, menciptakan lingkungan kerja yang baik dengan sarana ventilasi terstandar, serta dukungan alat pelindung diri.

5. Penentuan status layak kerja

Status ini mempertimbagkan asesmen medis yang menentukan bisa tidaknya seseorang melakukan pekerjaannya secara efektif tanpa membahayakan diri sendiri dan lingkungan.

Pada pekerja dengan TBC masih bisa melakukan pekerjaannya selama tidak memperberat gejala klinis, tidak mengganggu proses pengobatan, dan hasil pemeriksaan sputum BTA negatif. Namu, pekerja tersebut juga harus menerapkan etika batuk dan memakai alat pelindung diri.

6. Program kembali kerja

Pekerja yang terpapar TBC aktif perlu diberikan cuti selama 2 pekan pada tahap awal pengobatan sampai gejala klinis lebih baik dan tidak menular.

Pekerja dengan TBC bisa aktif bekerja lagi jika pemeriksaan sputum telah dinyatakan negatif dan tidak menular.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Ilham Choirul Anwar