tirto.id - Negara Indonesia tengah mengalami musim peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan dalam beberapa waktu ke depan. Pada proses musim peralihan, kerap ditemui adanya fenomena terjadinya cuaca ekstrem.
Dikutip dari bukuModal Sosial dalam Manajemen Bencana oleh R. Rijanta, D.R. Hizbaron, dan M. Baiquni (2018:28), cuaca ekstrem merupakan proses perubahan cuaca yang terjadi secara mendadakan dan memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
Kondisi cuaca esktrem terjadi dalam waktu dan tempat tertentu, kemudian jarang ditemui karena termasuk ke dalam fenomena khusus.
Dikutip dari lamanBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dijelaskan adanya imbauan kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem di masa peralihan (Pancaroba) dari musim kemarau ke musim hujan.
Kemudian, juga dijelaskan beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya cuaca ekstrem, yaitu munculnya hujan disertai petir, angin kencang, dan hujan es.
Dikonfirmasi dari informasi yang sampaikan oleh BMKG, beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Barat dan Jabodetabek sudah mengalami tanda-tanda akan datangnya cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah daerah tersebut, ditandai dengan adanya intensitas hujan yang tinggi.
Kondisi cuaca ekstrem dapat mendorong beberapa kejadian ekstrem seperti tumbangnya pepohonan dan naiknya debit air sungai yang berpotensi menyebabkan banjir bandang. Selain itu, cuaca ekstrem juga menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga memudahkan masuknya berbagai bibit-bibit penyakit.
Penyakit yang Disebabkan Cuaca Ekstrem
Keadaan cuaca ekstrem merupakan kondisi yang mendukung bagi berkembangnya bakteri, virus, jamur, dan parasit. Hal tersebut, dapat terjadi dalam cuaca ekstrem dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Biang penyakit akan berkembang dengan cepat dalam udara yang lebab.
Dikutip dari lamanKnowledge Center Perubahan Iklim, adanya udara yang hangat ketika cuaca ekstrem juga akan membantu meningkatkan terjadinya penyakit alergi di tengah-tengah masyarakat.
Hal tersebut dapat terjadi, karena dalam suhu udara yang hangat, bunga-bunga akan melakukan proses penyerbukan. Sementara, manusia memiliki kecenderungan alergi terhadap benda-benda kecil seperti sisa-sisa penyerbukan dari bunga di udara.
Kemudian, cuaca yang ekstrem akan menyebabkan lingkungan hidup menjadi kotor, terutama dalam keadaan hujan deras dan banjir. Lingkungan yang kotor merupakan sarang dan alam pendukung bagi keberlangsungan hidup seranggan dan nyamuk. Hal tersebut, akan menjadi pemicu melonjaknya angka penyebaran malaria dan demam berdarah dengue (DBD).
Dikutip dari lamanMedia Center Palangkaraya, cuaca ekstrem juga mempengaruhi kekebalan tubuh manusia secara personal dan menyebabkan tubuh terjangkit penyakit seperti pilek, batuk, flu, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kemudian, mengingat masih adanya pandemi COVID-19 di Indonesia, tentu akan memperparah keadaan masyarakat.
Cara Agar Terhindar dari Penyakit Akibat Cuaca Ekstrem
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit akibat cuaca eksterm seperti memperbanyak olahraga di rumah minimal 30 menit. Kemudian, mengonsumsi makanan dan buah-buahan dengan vitamin yang cukup serta dapat meningkatkan imun tubuh.
Dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, menjauhi makanan-makanan yang dapat menyebabkan munculnya penyakit batuk dan pilek juga penting.
Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan penyakit tersebut, seperti makanan berminyak, pedas, es dan lainnya. Selain itu, melakukan tindakan pemenuhan cairan tubuh dengan meminum air putih yang banyak juga bersifat diutamakan.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dipna Videlia Putsanra