Menuju konten utama
Periksa Data

Buruknya Kualitas Tayangan Infotainment Kita

Tayangan infotainment tidak pernah mencapai standar kualitas yang ditetapkan KPI.

Buruknya Kualitas Tayangan Infotainment Kita
Infografik Periksa Data Tayangan Infotainment

tirto.id - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tidak lagi mengikutsertakan program infotainment dalam penyelenggaraan Anugerah KPI 2017. Menurut Ketua Panitia Anugerah KPI 2017, Nuning Rodiyah, hal ini dikarenakan dalam tiga tahun terakhir, program infotainment selalu menduduki posisi paling buncit dalam Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dirilis KPI.

Anugerah KPI sendiri merupakan penghargaan yang diberikan pada lembaga penyiaran baik televisi maupun radio yang telah menghadirkan program-program siaran berkualitas di tengah masyarakat.

Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi merupakan survei periodik yang dilakukan KPI dalam kapasitasnya sebagai lembaga pengawas siaran televisi. Untuk melakukan survei ini, KPI bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dan 12 Perguruan Tinggi di Indonesia.

Pada 2017, KPI menetapkan standar kualitas program siaran TV dengan indeks 3,0 menggunakan skala 1 hingga 4. Program siaran disebut berkualitas jika nilai skor indeksnya minimal 3,0. Indeks standar kualitas KPI ini telah berkurang dibandingkan standar 2015 dan 2016, ketika indeks standar program berkualitas ditetapkan pada angka 4,0. Skor indeks sendiri merupakan rata-rata seluruh indikator penilaian yang diberikan KPI pada setiap kategori program.

Infografik Periksa Data Tayangan Infotainment

Tak Pernah Mencapai Indeks Standar Kualitas

Pada dasarnya, seluruh jenis program siaran mengalami penurunan kualitas pada 2017. Jika mengacu pada standar KPI, hanya program Wisata Budaya yang memiliki indeks di atas standar yang ditetapkan. Pada periode I 2015, program ini mendapatkan nilai sebesar 4,09 dan menurun menjadi 3,25 pada periode II 2017.

Sementara itu, tayangan infotainment tidak pernah mencapai standar kualitas. Pada 2015 dan 2016, tayangan ini hanya mencapai indeks antara 2,3 sampai 3,08, di bawah standar program berkualitas 4,0 yang ditetapkan KPI. Bahkan ketika standar kualitas siaran telah diturunkan menjadi 3,0 pada 2017, indeks kualitas tayangan infotainment masih mandek di angka 2,36 (periode I) dan 2,51 (periode II).

Berbicara mengenai indikator yang digunakan KPI dalam mengevaluasi program infotainment, penilaian tersebut tentunya berbeda dengan jenis program siaran lainnya. Indikator kualitas program infotainment mencakup delapan aspek, yaitu sifat informatif berita; berita yang menghormati kehidupan pribadi; menghormati SARA; menghormati nilai, norma kesopanan & kesusilaan; menghormati orang & kelompok tertentu; tidak bermuatan kekerasan; memiliki keberimbangan; serta menghormati narasumber.

Merinci indikator kualitas tayangan infotainment, tren menunjukkan bahwa dari sembilan indikator, sejak periode I 2016 hingga periode II 2017, ada yang sempat mengalami peningkatan juga penurunan. Penurunan paling drastis terlihat dari aspek informatif. Pada periode I 2016, nilainya sebesar 2,88 dan menurun menjadi 2,33 di periode II 2017. Diikuti oleh aspek melakukan cek, ricek, dan verifikasi yang memiliki nilai 2,62 pada periode II 2017, menurun dari 2,87 di periode I 2016.

Infografik Periksa Data Tayangan Infotainment

Beberapa aspek penilaian tersebut memang sering membuat program infotainment terjerumus masalah. Pada 2015 misalnya, 12 program infotainment ditegur KPI karena mengumbar urusan pribadi dan menyoroti konflik rumah tangga selebritas. Kemudian pada 2016, Indra Bekti mengajukan laporan ke KPI atas pemberitaan infotainment yang mencemarkan nama baiknya. KPI juga pernah memberi teguran tertulis pada Eksis Global TV karena menayangkan adegan berbahaya yang tidak patut.

Selanjutnya, melihat peringkat program berdasarkan kualitas, pada periode II 2017, Eksis dari Global TV menduduki posisi pertama dengan nilai 2,92. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Di Balik Sang Juara oleh TVRI (2,87) dan Insert Pagi dari Trans TV (2,74).

Infografik Periksa Data Tayangan Infotainment

Berdasarkan program infotainment, terlihat bahwa aspek "menghormati kehidupan pribadi" memang menjadi masalah yang paling banyak dihadapi oleh stasiun televisi. Kiss Pagi Indosiar, Silet RCT, E News Siang-Net TV, maupun Selebrita Siang Trans 7 merupakan beberapa program yang mendapatkan penilaian rendah untuk aspek ini pada periode II 2017.

Aspek yang menjadi kekuatan dari infotainment adalah "tidak bermuatan kekerasan". Kiss Pagi Indosiar mendapatkan nilai 2,83 pada periode II 2017 untuk indikator ini. E News Siang yang disiarkan Net TV mendapat nilai 2,79 dan Silet RCTI serta Seleb Com RTV masing-masing mendapat nilai yang sama, yaitu 2,78 pada periode II 2017.

Infografik Periksa Data Tayangan Infotainment

Tayangan infotainment juga kerap dikritik. Program ini dilihat sebagai tontonan rendah kualitas dan perlu edukasi. Belum lagi adanya pertanyaan, apakah infotainment merupakan sebagai produk jurnalistik atau bukan.

Tayangan infotainment memang kerap tak dianggap produk jurnalistik karena tidak mengetengahkan isu yang tidak dianggap sebagai kepentingan publik sebagaimana pers seharusnya. Tayangan ini menampilkan urusan privat, bahkan urusan privat yang dipublikasikan pun ada kalanya tidak memenuhi kaidah verifikasi.

Namun, terlepas dari kategorisasi infotainment sebagai produk jurnalistik atau bukan, ia jelas butuh dibenahi. Terutama karena ia disiarkan dalam medium televisi yang adalah ruang publik. Jika tidak, degradasi kualitas program diprediksi kembali terjadi di tahun-tahun berikutnya. Artinya, publik dicekoki tayangan tidak bermutu.

Jika memang infotainment memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi yang termasuk kategori "human interest" meski bukan urusan publik, ia seharusnya dikemas dan disajikan secara lebih bermutu. Apalagi jika tayangan infotainment ingin dianggap sebagai bagian jurnalisme.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irma Garnesia
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Maulida Sri Handayani